IKLAN

IKLAN

Sabtu, 12 Juni 2010

Gambaran Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Perubahan Fisiologis Selama Kehamilan di Klinik Bersalin

iklan
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG PERUBAHAN FISIOLOGIS SELAMA KEHAMILAN DI KLINIK BERSALIN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan proses yang fisiologis dan alamiah, proses kehamilan merupakan satu kesatuan mata rantai mulai dari konsepsi, nidasi, adaptasi ibu terhadap nidasi, peneliharaan kehamilan, perubahan hormon sebagai persiapan menyongsong kelahiran bayi (Manuaba, 2007). Kehamilan melibatkan berbagai perubahan fisiologis antara lain perubahan fisik, perubahan sistem pencernaan, sistem respirasi, sistem traktus urinarius, sirkulasi darah serta perubahan fisiologis. Kehamilan pada umumnya berkembang dengan normal, namun kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan, sulit diprediksi apakah ibu hamil akan bermasalah selama kehamilan ataupun baik-baik saja (Sarwono, 2006).
Wanita selama kehamilannya memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam dirinya. Perubahan-perubahan yang terjadi selama kehamilan umumnya menimbulkan ketidaknyamanan dan kekhawatiran bagi sebagian besar ibu hamil. Perubahan pada ukuran tubuh, bentuk payudara, pigmentasi kulit, serta pembesaran abdomen secara keseluruhan membuat tubuh ibu hamil tersebut tampak jelek dan tidak percaya diri. Kekhawatiran dan ketakutan ini sebenarnya tidak berdasar, untuk itu ibu hamil memerlukan nasihat dan saran khususnya dari bidan dan dokter yang dapat menjelaskan perubahan yang terjadi selama kehamilan sehingga ibu tidak khawatir dengan perubahan yang dialaminya (Helen, 2001).
Kehamilan dibagi menjadi III trimester, selama kehamilan ibu hamil dianjurkan melakukan kunjungan antenatal minimal 4 kali untuk mengetahui masalah kesehatan selama kehamilan, apakah masalah tersebut bersifat fisiologis atau masalah tersebut bersifat patologis yang dapat mengancam kehamilan. Komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan antara lain hiperemesis gravidarum, perdarahan, anemia, eklampsia, nyeri perut yang hebat (Sarwono, 2006).
Secara umum telah diterima bahwa kehamilan membawa resiko bagi ibu. Menurut WHO (Profil Pusdiknakes, 2003) sekitar 15% dari seluruh ibu hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya serta dapat mengancam jiwa ibu dan bayi (Sugiri 2003). Dari 5 juta kehamilan yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya, diperkirakan 20.000 ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan, 13% diantaranya disebabkan eklampsia. Di Sumatera Utara ibu hamil yang meninggal dunia akibat komplikasi kehamilan lebih dari 50 orang dari 19.500 ibu hamil (Sugiri, 2007).
Dari data yang diperoleh dari Klinik Bersalin Nuraisyah Kota ........ Tahun 2009, jumlah ibu primigravida yang berkunjung mulai bulan Januari-Maret 2009 sebanyak 50 orang, 50% diantaranya mengalami mual dan muntah pada awal kehamilan, 20% mengalami perubahan pada kulit dan payudara, 15% mengalami sering buang air kecil, perubahan berat badan dan 15% lainnya seperti keputihan, edema pada kaki dan sakit pada punggung. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Perubahan Fisiologis Selama Kehamilan di Klinik Bersalin Nuraisyah Kota ........ Tahun 2009”.

B. Rumusan Masalah
Sesuai latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini “Bagaimanakah gambaran pengetahuan ibu primigravida tentang perubahan fisiologis selama kehamilan di Klinik Bersalin Nuraisyah Kota ........ Tahun 2009?”.

C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu primigravida tentang perubahan fisiologis selama kehamilan di Klinik Bersalin Nuraisyah Kota ........ Tahun 2009.
C.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu primigravida tentang perubahan fisiologis selama kehamilan berdasarkan umur.
b. Untuk mengetahui pengetahuan ibu primigravida tentang perubahan fisiologis selama kehamilan berdasarkan pendidikan.
c. Untuk mengetahui pengetahuan ibu primigravida tentang perubahan fisiologis selama kehamilan berdasarkan pekerjaan.

D. Manfaat Penelitian
D.1. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang perubahan fisiologis selama kehamilan.
D.2. Bagi Ibu Hamil
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan ibu hamil khususnya tentang perubahan fisiologis selama kehamilan.
D.3. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan bagi bidan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya tentang perubahan fisiologis selama kehamilan.
D.4. Bagi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai referensi atau sumber informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya dan bahan bacaan bagi mahasiswa.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG PERUBAHAN FISIOLOGIS SELAMA KEHAMILAN DI KLINIK BERSALIN
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)

lihat artikel selengkapnya - Gambaran Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Perubahan Fisiologis Selama Kehamilan di Klinik Bersalin
iklan

Gambaran Pengetahuan Bidan tentang Asuhan Persalinan Kala I di BPS

iklan
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG
ASUHAN PERSALINAN KALA I DI BPS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kala I adalah dimulai sejak terjadi kontraksi uterus yang teratur dan meningkat hingga serviks membuka 10 cm. Fase-fase dalam kala satu persalinan ada 2 yaitu, fase laten dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap, berlangsung hingga serviks membuka ± 4 cm dan fase aktif dimulai dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap 10 cm Depkes (2004).
Asuhan yang dapat diberikan bidan kepada ibu adalah memberikan informasi, memberikan dorongan semangat, menyiapkan ruangan untuk persalinan, teman yang mendukung, mobilisasi, makan dan minum selama persalinan, buang air kecil dan besar, kenyamanan, dan kebersihan (Depkes RI, 2000). Kematian dan kesakitan ibu sebenarnya dapat dikurangi atau dicegah dengan berbagai usaha perbaikan dalam bidang pelayanan kesehatan obstetri. Pelayanan kesehatan tersebut dinyatakan sebagai bagian integeral dari pelayanan dasar yang akan terjangkau seluruh masyarakat. Kegagalan dalam penangan kasus kedaruratan obstetri pada umumnya disebabkan oleh kegagalan dalam mengenal resiko kehamilan, keterlambatan rujukan, kurangnya sarana yang memadai untuk perawatan ibu hamil dengan resiko tinggi maupun pengetahuan tenaga medis, paramedis, dan penderita dalam mengenal Kehamilan Resiko Tinggi (KRT) secara dini, masalah dalam pelayanan obstetri, maupun kondisi ekonomi (Syamsul, 2003).
Wanita mungkin mengalami beberapa “tanda palsu”, kebebasan untuk tetap bergerak dan aktif selama kontraksi tidak hanya membantu mengurangi ketidaknyamanan persalinan, tetapi juga memungkinkan ibu untuk mempertahankan kenyamanan persalinan. Keterlibatan pasangan atau semua individu pendukung dalam diskusi membantu memperkuat hubungan yang baik dan meningkatkan kepercayaan diri ibu (Henderson, 2005)
Faktor keterlambatan rujukan ke rumah sakit dan kemampuan dalam memberikan pelayanan gawat darurat juga termasuk mata rantai penyebab tingginya angka kematian ibu di Indonesia. Hanya sekitar 65% dari semua persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terampil, jauh di bawah target nasional sebesar 90%. Di daerah-daerah tertentu masih banyak terdapat persalinan yang ditolong dukun. Pada beberapa kasus, pertolongan persalinan menjadi tak optimal karena terbatasnya pengetahuan dan peralatan kegawatdaruratan yang ada (Nugraha, 2007).
Menurut data WHO, sebanyak 99 persen kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran yang dirujuk oleh tenaga kesehatan (bidan), terjadi di negara-negara berkembang. Data resmi yang dimiliki Departemen Kesehatan menyebutkan, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia terus mengalami penurunan. Meski secara besaran angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih tinggi walaupun di sisi lain sudah terjadi penurunan dari 307/100.000 kelahiran hidup pada Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia/SDKI 2002/2003 menjadi 262/100.000 kelahiran hidup. "Pada tahun 2007 laporan BPS menyebutkan AKI menjadi 248/100.000 kelahiran, Dibanding dengan angka kematian ibu di negara tetangga, seperti Thailand, Malaysia, dan Singapura, maka Indonesia memang masih cukup jauh tertinggal, karena Singapura sudah 6/100.000 dan angka itu boleh dikatakan sebagai suatu keadaan yang sangat ideal.
Pada tahun 2009, diharapkan pemerintah mampu menurunkan AKI menjadi 226/100.000 kelahiran hidup, dan angka kematian bayi baru lahir (AKBBL) 15/1000 kelahiran hidup (KH) pada tahun 2009. Penyebab kematian ibu, sesuai penelitian beberapa pihak, paling banyak adalah akibat pendarahan, dan penyebab tidak langsung lainnya seperti terlambat mengenali tanda bahaya karena tidak mengetahui kehamilannya, terlambat mencapai fasilitas untuk persalinan, dan terlambat untuk mendapatkan pelayanan (Dinkes kaltim, 2008).
Di Indonesia kurang lebih 40% kasus di RS merupakan kasus rujukan. Kematian maternal di RS pendidikan 80-90%, kematian perinatal kurang lebih 60% berasal dari kelompok rujukan (Anonim, 2002). Di Propinsi Sumatera Utara, Angka Kematian Ibu (AKI) lokal lebih tinggi dari Angka Kematian Ibu (AKI) Nasional. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan pasca persalinan (40-60%), infeksi (20-30%) dan eklampsia (20-30%). Ternyata 80% kematian ibu terjadi di RS rujukan yang diakibatkan keterlambatan dalam rujukan maupun penanganan penderita (Siregar, 2002).
Di RS Dr. Pirngadi Medan ditemui kasus rujukan yang di rujuk oleh bidan sebanyak 375 kasus yang terdiri dari partus tak maju 134 orang (35,7%), pre-eklampsia berat atau eklampsi 75 orang (20%), perdarahan antepartum 36 orang (9,6%), perdarahan pasca persalinan 38 orang (10,1%), kehamilan ektopik terganggu 3 orang (0,8%), abortus 86 orang (22,9%) dan infeksi purperalis 3 orang (0,8%) (Siregar, 2002).
Berdasarkan data dari hasil observasi yang diperoleh dari Dinkes Kota ........, Pada umumnya belum semuanya melaksanakan asuhan persalinan Kala I secara baik dan benar dimana jumlah Bidan Praktek Swasta di Kota ........ sebanyak 52 Klinik. Berdasarkan data diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan Bidan Tentang Asuhan Persalinan Kala I di Bidan Praktek Swasta Kota ........ Tahun 2009“.

B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut diatas maka perumusan masalah penelitian ini adalah : “Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Bidan Tentang Asuhan Persalinan Kala I di Bidan Praktek Swasta Kota ........ Tahun 2009?”.

C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan bidan tentang asuhan persalinan kala I di Bidan Praktek Swasta Kota ........ Tahun 2009.
C.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan bidan tentang asuhan persalinan kala I berdasarkan umur.
2. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan bidan tentang asuhan persalinan kala I berdasarkan pendidikan.
3. Untuk mengetahui pengetahuan bidan tentang asuhan persalinan kala I berdasarkan pelatihan.
4. Untuk mengetahui pengetahuan bidan tentang asuhan persalinan kala I berdasarkan lama bekerja.

D. Manfaat Penelitian
D.1. Bagi Penulis
Untuk menambah wawasan pengetahuan serta pengalaman penulis dalam melakukan penelitian khususnya terhadap pengetahuan bidan tentang asuhan persalinan kala I.
D.2. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan khususnya bidan yang ada di Bidan Praktek Swasta Kota .........
D.3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan referensi atau sumber informasi bagi mahasiswa/i yang akan melakukan penelitian dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber bacaan.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG ASUHAN PERSALINAN KALA I DI BPS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)
lihat artikel selengkapnya - Gambaran Pengetahuan Bidan tentang Asuhan Persalinan Kala I di BPS
iklan

Jumat, 11 Juni 2010

Gambaran Pengetahuan Petugas Kesehatan Tentang Mutu Pelayanan Kesehatan di Puskesmas

iklan
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN PETUGAS KESEHATAN TENTANG MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Tujuan Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010 dalah meningkat kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan yang sehat, memiliki derajat kesehatan yang optimal diseluruh wilayah Republik Indonesia, Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, upaya kesehatan, upaya kesehatan dilaksanakan secara merata, dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, sehubungan dengan itu puskesmas sebagai unit palayanan kesehatan terdepan dengan mutu yang lebih baik dan dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat (Depkes RI, 2002).
Pelayanan kesehatan yang bermutu masih dari harapan masyarakat serta berkembangnya kesadaran akan pentingnya mutu, maka UU kesehatan Nomor 23 tahun 1992 meningkatkan pentingnya mutu pelayanan kesehatan, khususnya di tingkat puskesmas (Nadesul, 2008).
Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) adalah organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dan menggunakan hasil pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut menyelanggarakan dengan menitik beratkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa pengambilan mutu pelayanan kepada perorangan. Pengelolaan puskesmas biasanya berada dibawah Dinas kesehatan kabupaten dan kota (Nadesul, 2008).
Pada tahun 1980-an, pusat pelayanan kesehatan terlihat sangat ramai dikunjungi pasien yang hendak berobat, yang kini feromena itu jarang terjadi. Sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat, mestinya puskesmas dapat menjadi tempat rujukan pertama dengan pelayanan prima yang dapat mengalami berbagai masalah kesehatan yang terjadi pada masyarakat, dan yang lebih fatal dimana petugas puskesmas tidak begitu tanggap dengan pelayanan medik, tetapi tubuh menekankan administrasi (Nadesul 2008).
Banyak masalah yang menjadi pemicu rendahnya pencitraan puskesmas pada saat sekarang. Sarana yang tidak lengkap seperti obat-obatan yang kurang bermutu dari seri varial, petugas yang kurang tanggap dengan pasien, keramahan yang kurang dari pemberian palayanan, sehingga masyarakat kurang puas setiap berobat ke pusat pelayanan, kesehatan ini. Disampaikan itu program puskesmas yang kurang berjalan menjadi pemicu rendahnya mutu pelayanan puskesmas di mata masyarakat (Nadesul, 2008).
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana pengetahuan petugas kesehatan tentang mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas ... ..... tahun 2009.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan masalahnya adalah “Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Petugas Kesehatan Tentang Mutu Pelayanan Kesehatan di Puskesmas ... ..... tahun 2009 ?

C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Petugas Kesehatan Tentang mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas ... ..... Tahun 2009.
C.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengetahuan petugas kesehatan tentang mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas ... ..... tahun 2009 berdasarkan umur.
2. Untuk mengetahui pengetahuan petugas kesehatan tentang mutu pelayanan kesehatan di puskesmas ... ..... tahun 2009 berdasarkan pendidikan.
3. Untuk mengetahui pengetahuan petugas kesehatan tentang mutu pelayanan kesehatan di puskesmas ... ..... tahun 2009 berdsarkan lama bekerja.
4. Untuk mengetahui pengetahuan petugas kesehatan tentang mutu pelayanaan kesehatan di puskesmas ... ..... 2009 Berdasarkan sumber Informasi.

D. Manfaat Peneliti
D.1. Bagi Peneliti
Meningkatkan pengalaman dan memperluas ilmu pengetahuan bagi peneliti dalam melakukan penelitian khusunya tentang mutu pelayanan kesehatan di puskesmas ... ..... tahun 2009.
D.2. Bagi Petugas Kesehatan
Memberikan masukan bagi petugas kesehatan dalam pelaksanaan, pemberian mutu pelayanan kesehatan di puskesmas ... ..... tahun 2009.
D.3. Bagi Institasi Pendidikan
Sebagai bahan atau pedoman untuk penelitian selanjuntnya oleh Mahasiswa/Mahasiswi Akademi Keperawatan Nauli Husada Sibolga dan memberi acuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan bagi peserta didik.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN PETUGAS KESEHATAN TENTANG MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)
lihat artikel selengkapnya - Gambaran Pengetahuan Petugas Kesehatan Tentang Mutu Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
iklan

Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Depresi Pada Lansia di Desa

iklan
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG
DEPRESI PADA LANSIA DI DESA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Depresi merupakan suatu gangguan keadaan tonus perasaan yang secara umum ditandai oleh rasa kesedihan, apatis, pesimisme, dan kesepian yang mengganggu aktivitas sosial dalam sehari-hari. Depresi biasanya terjadi pada saat stress yang dialami oleh seseorang tidak kunjung reda, sebagian besar diantara kita pernah merasa sedih atau jengkel, kehidupan yang penuh masalah, kekecewaan, kehilangan dan frustasi yang dengan mudah menimbulkan ketidakbahagiaan dan keputusasaan. Namun secara umum perasaan demikian itu cukup normal dan merupakan reaksi sehat yang berlangsung cukup singkat dan mudah dihalau (Gred Wilkinson, 1995).
Depresi dan Lanjut Usia sebagai tahap akhir siklus perkembangan manusia. Masa dimana semua orang berharap akan menjalani hidup dengan tenang, damai, serta menikmati masa pensiun bersama anak dan cucu tercinta dengan penuh kasih sayang. Pada kenyataanya tidak semua lanjut usia mendapatkannya. Berbagai persoalan hidup yang menimpa lanjut usia sepanjang hayatnya seperti : kemiskinan, kegagalan yang beruntun, stress yang berkepanjangan, ataupun konflik dengan keluarga atau anak, atau kondisi lain seperti tidak memiliki keturunan yang bisa merawatnya dan lain sebagainya. Kondisi-kondisi hidup seperti ini dapat memicu terjadinya depresi. Tidak adanya media bagi lanjut usia untuk mencurahkan segala perasaan dan kegundahannya merupakan kondisi yang akan mempertahankan depresinya, karena dia akan terus menekan segala bentuk perasaan negatifnya ke alam bawah sadar (Rice philip I, 1994).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat depresi adalah gangguan mental yang umum terjadi di antara populasi. Diperkirakan 121 juta manusia di muka bumi ini menderita depresi. Dari jumlah itu 5,8 persen laki-laki dan 9,5 persen perempuan, dan hanya sekitar 30 persen penderita depresi yang benar-benar mendapatkan pengobatan yang cukup, sekalipun telah tersedia teknologi pengobatan depresi yang efektif. Ironisnya, mereka yang menderita depresi berada dalam usia produktif, yakni cenderung terjadi pada usia kurang dari 45 tahun. Tidaklah mengherankan, bila diperkirakan 60 persen dari seluruh kejadian bunuh diri terkait dengan depresi (Ahmad Djojosugito, 2002).
Depresi dialami oleh 80 persen mereka yang berupaya atau melakukan bunuh diri pada penduduk yang didiagnosis mengalami gangguan jiwa. Bunuh diri adalah suatu pilihan untuk mengakhiri ketidakberdayaan, keputusasaan dan kemarahan diri akibat gangguan mood. Angka bunuh diri meningkat tiga kali lipat pada populasi remaja (usia 15 sampai 24) karena terdapat peningkatan insiden depresi pada populasi ini. Pria yang berusia lebih dari 64 tahun memiliki angka bunuh diri 38/100.000 dibandingkan dengan angka 17/100.000 untuk semua pria di Amerika Serikat (Roy, 2000).
Menurut sebuah penelitian di Amerika, hampir 10 juta orang Amerika menderita Depresi dari semua kelompok usia, kelas sosial ekonomi, ras dan budaya. Angka depresi meningkat secara drastis diantara lansia yang berada di institusi, dengan sekitar 50 persen sampai 75 persen penghuni perawatan jangka panjang memiliki gejala depresi ringan sampai sedang. Dari jumlah itu, angka yang signifikan dari orang dewasa yang tidak terganggu secara kognitif (10 sampai 20 persen) mengalami gejala-gejala yang cukup parah untuk memenuhi kriteria diagnostik depresi klinis. Oleh karena itu, depresi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang disignifikan merupakan gangguan psikiatri yang paling banyak terjadi pada lansia, tetapi untungnya dapat diobati dan kembali sehat (Hermana, 2006).
Selain itu prevalensi depresi pada lansia di dunia berkisar 8-15 persen dan hasil meta analisis dari laporan-laporan negara di dunia mendapatkan prevalensi rata-rata depresi pada lansia adalah 13,5 persen dengan perbandingan wanita-pria 14,1 : 8,6. Adapun prevalensi depresi pada lansia yang menjalani perawatan di RS dan panti perawatan sebesar 30-45 persen. Perempuan lebih banyak menderita depresi (Chaplin dan Prabova Royanti, 1998).
Depresi pada lansia seringkali lambat terdeteksi karena gambaran klinisnya tidak khas. Depresi pada lansia lebih banyak tampil dalam keluhan somatis, seperti: kelelahan kronis, gangguan tidur, penurunan berat badan dan sebagainya. Depresi pada lansia juga tampil dalam bentuk pikiran agitatif, ansietas, atau penurunan fungsi kognitif. Sejumlah faktor pencetus depresi pada lansia, antara lain faktor biologik, psikologik, stress kronis, penggunaan obat. Faktor biologik misalnya faktor genetik, perubahan struktural otak, faktor resiko vaskuler, kelemahan fisik, sedangkan faktor psikologik pencetus depresi pada lansia, yaitu tipe kepribadian, relasi, interpersonal (Frank J. Bruno, 1997).
Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan di Desa ....... ...... Terdapat 80 KK yang mempunyai lansia yang tinggal bersama mereka.
Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Gambaran Pengetahuan Keluarga tentang Depresi pada Lansia di Desa ....... ...... Kecamatan ........ Tahun 2009”.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : ”Bagaimanakah Pengetahuan Keluarga tentang Depresi pada Lansia di Desa ....... ...... Kecamatan ........ Tahun 2009?”.

C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Keluarga tentang Depresi pada Lansia di Desa ....... ...... Kecamatan ........ Tahun 2009.
C.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan keluarga tentang depresi pada lansia di Desa ....... ...... Kecamatan ........ Tahun 2009 berdasarkan umur.
2. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan keluarga tentang depresi pada lansia di Desa ....... ...... Kecamatan ........ Tahun 2009 berdasarkan pendidikan.
3. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan keluarga tentang depresi pada lansia di Desa ....... ...... Kecamatan ........ Tahun 2009 berdasarkan pekerjaan.
4. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan keluarga tentang depresi pada lansia di Desa ....... ...... Kecamatan ........ tahun 2009 berdasarkan informasi.

D. Manfaat Penelitian
D.1. Bagi Peneliti
Sebagai penambah wawasan dan pengalaman bagi peneliti dalam mengaplikasikan mata kuliah riset keperawatan.
D.2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai penambah informasi untuk mahasiswa jurusan Keperawatan/Kebidanan dalam melakukan penelitian terutama yang berkaitan dengan Depresi pada Lansia.
D.3. Bagi Tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan bagi keluarga untuk menambah pengetahuan keluarga tentang depresi pada lansia dan sebagai informasi bagi keluarganya tentang gambaran pengetahuan terhadap depresi pada lansia.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG DEPRESI PADA LANSIA DI DESA
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)
lihat artikel selengkapnya - Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Depresi Pada Lansia di Desa
iklan

Kamis, 10 Juni 2010

Hubungan Karakteristik dan Pengetahuan Ibu dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi KB di Kelurahan

iklan
KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI KB DI KELURAHAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Paradigma baru Program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dan mewujudkan Norma Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan “Keluarga Berkualitas Tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam paradigma baru Program Keluarga Berencana ini, misinya sangat menekan pentingnya upaya menghormati hak-hak reproduksi, sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga.
Berdasarkan visi dan misi tersebut, program Keluarga Berencana Nasional mempunyai kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Kontribusi Program Keluarga Berencana Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan program Making Pregnancy Saver. Salah satu pesan kunci dalam rencana strategi program Making Pregnancy Saver (MPS) di Indonesia 2001-2010 adalah bahwa setiap kehamilan merupakan kehamilan yang diinginkan ( Saifuddin, 2003 ).
Indonesia menghadapi masalah dengan jumlah dan kualitas sumber daya manusia dengan kelahiran 5.000.000 per tahun. Untuk dapat mengangkat kehidupan bangsa telah dilaksanakan bersamaan pembangunan ekonomi dan keluarga berencana yang merupakan sisi masing-masing mata uang. Bila gerakan KB tidak dilakukan bersamaan dengan pembangunan ekonomi, dikhawatirkan hasil pembangunan tidak akan berarti ( Manuaba, 1998 ).
Pencegahan kehamilan dan kesakitan ibu merupakan alasan utama diberlakukannya Keluarga Berencana. Masih banyak alasan lain, misalnya membebaskan wanita dari rasa khawatir terhadap terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, terjadinya gangguan fisik atau psikologik akibat abortus yang tidak aman, serta tuntunan perkembangan sosial terhadap peningkatan status perempuan di masyarakat ( Saifuddin, 2003 ).
Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003 menyatakan bahwa pengetahuan tentang metode kontrasepsi di Jawa Barat telah lama diketahui oleh seluruh masyarakat hampir 99,6% wanita berstatus kawin dan 90,5% pria berstatus kawin mengetahui paling sedikit satu alat kontrasepsi modern. Suntik dan pil adalah metode yang paling banyak diketahui, diikuti IUD dan susuk KB (Profil Kesehatan Jawa Barat, 2004).
Kepesertaan KB ( Current User ) di Kabupaten ............. sebanyak 378.490 akseptor sedangkan proyeksi Pasangan Usia Subur (PUS) sebanyak 246.512 orang. Pencapaian akseptor KB di Kabupaten ............. untuk Metode Jangka Panjang (MJP) aktif cakupannya sebesar 14,69% dari seluruh akseptor, sedangkan target MJP sebesar 60% dari seluruh akseptor. Untuk Metode Non Metode Jangka Panjang (Non MJP) yang aktif 75,30%. Data tersebut menunjukkan masih rendahnya pencapaian akseptor MJP dibandingkan akseptor Non MJP dari total keseluruhan (Dinas Kesehatan Kabupaten ............., 2006).
Pencapaian akseptor KB baru untuk seluruh metode di Kabupaten ............. masih menunjukkan angka yang sangat rendah yaitu sebesar 6,69% dari seluruh akseptor sebanyak 378.490 akseptor ( Dinas Kesehatan Kabupaten ............., 2006).
Di Kabupaten ............. tahun 2006 Pasangan Usia Subur sebanyak 243.834 orang, peserta KB berjumlah 179.462 (73,60%) dengan demikian Pasangan Usia Subur yang tidak menjadi peserta KB sekitar 64.372 (26,39%). Dengan demikian keadaaan KB di Kabupaten ............. tahun 2006 pada jenis kontrasepsi Hormonal ; Suntik sebanyak 102.384 (57,05%), Pil sebanyak 43.008 ( 23,96%), Implan sebanyak 9.549 (5,32%) dan Non Hormonal ; IUD sebanyak 11.683 (6,51%), MOW sebanyak 6.462 (3,60%), MOP sebanyak 6.197 (3,45%), kondom sebanyak 179 (0,10 %) (Dinas Kependudukan dan KB Kabupaten ............., 2006).
Di kecamatan ............. tahun 2006. Pasangan usia subur sebanyak 12.347 orang. Peserta KB berjumlah 9.422 orang (76,31%), dengan demikian pasangan usia subur yang tidak menjadi peserta KB sekitar 2.925 orang (23,69%) jenis kontrasepsi Hormonal ; Suntik sebanyak 4.886 (51,86%), Pil sebanyak 2.580 (27,38%), Implan sebanyak 377 (4,00%) dan Non Hormonal ; IUD sebanyak 938 (9,95%), MOW sebanyak 328 (3,48%), MOP sebanyak 285 (3,02%), kondom sebanyak 28 (0,30 %) (Dinas Kependudukan dan KB Kabupaten ............., 2006).
Akseptor KB di Puskesmas ........ sebanyak 3.438 akseptor, sedangkan proyeksi pasangan usia subur sebanyak 8.143 orang. Dari data diatas masih terdapat kesenjangan yang cukup tinggi (Puskesmas ........, 2006 ).
Banyak perempuan yang mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia, tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut. Berbagai faktor-faktor yang harus dipertimbangkan, termasuk status kesehatan, efek samping potensial, konsekuensi kegagalan atau kehamilan yang tidak diinginkan, keluarga yang direncanakan, persetujuan suami bahkan norma budaya lingkungan orang tua. Untuk ini semua konseling merupakan bagian integral yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga Berencana. Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua klien, karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual bagi setiap klien ( Saifuddin, 2003 ).
Dari data diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Hubungan Karakteristik dan Pengetahuan Ibu Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi KB di Kelurahan .............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007”.

1.2 Rumusan Masalah
Di Kabupaten ............. pencapaian akseptor Keluarga Berencana Metode Jangka Panjang sebesar 14,69% dari seluruh akseptor, sedangkan target Metode Jangka Panjang sebesar 60%. Sehingga masih terdapat kesenjangan yang cukup tinggi.
Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas maka dapat dikemukakan perumusan masalahnya adalah “Belum diketahuinya hubungan karakteristik dan pengetahuan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi KB di Kelurahan .............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007’, sehingga yang menjadi pertanyaan penelitian adalah bagaimana hubungan karakteristik dan pengetahuan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi KB di Kelurahan.............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007?

1.3 Ruang Lingkup
Banyak faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi KB tetapi dalam penelitian ini, penulis membatasi pada karakteristik ibu yang meliputi umur, pendidikan dan pengetahuan di Kelurahan .............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007.

1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan karakteristik dan pengetahuan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi KB di Kelurahan .............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007.
1.4.2 Tujuan Khusus
1) Diketahuinya gambaran karakteristik ibu menurut umur dan pendidikan di Kelurahan.............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007.
2) Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi KB di Kelurahan .............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007.
3) Diketahuinya gambaran pemilihan alat kontrasepsi KB di Kelurahan.............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007.
4) Diketahuinya hubungan antara umur ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi KB di Kelurahan .............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007.
5) Diketahuinya hubungan antara pendidikan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi KB di Kelurahan.............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007.
6) Diketahuinya hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan alat kontrasepsi KB di Kelurahan.............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007.

1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan pertimbangan bagi mahasiswa lain yang akan melakukan penelitian tentang hubungan karakteristik dan pengetahuan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi KB di Kelurahan .............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007.
1.5.2 Bagi Instansi
1) Sebagai masukan kepada pengelola program dalam merencanakan kegiatan akselerasi peningkatan penggunaan alat kontrasepsi KB di Kelurahan .............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ..............
2) Sebagai masukan bagi peningkatan kualitas dalam memberikan pelayanan KB kepada sasaran atau masyarakat.
3) Sebagai masukan dalam upaya meningkatkan promosi kesehatan, khususnya promosi tentang pentingnya pemilihan alat kontrasepsi KB kepada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ..............
1.5.3 Bagi Penulis
Mendapatkan informasi tentang hubungan antara karakteristik dan pengetahuan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi KB di Kelurahan .............. Wilayah Kerja UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI KB DI KELURAHAN
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)
lihat artikel selengkapnya - Hubungan Karakteristik dan Pengetahuan Ibu dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi KB di Kelurahan
iklan

Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Menarche di SMP Negeri

iklan
KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG
MENARCHE DI SMP NEGERI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menstruasi (haid) merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, dimana terjadi perubahan-perubahan siklik dari alat kandungannya sebagai persiapan untuk kehamilan. Pada masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Ini ditandai dengan pertumbuhan yang terus berlanjut menuju kondisi somatik, sexual dan psikologi yang lebih matur. Perubahan-perubahan tersebut tidak terjadi secara spontan, tetapi melalui proses pertumbuhan yang cepat setelah menstruasi pertama (menarche). Di akhir masa kanak-kanak akhir sebenarnya terjadi pada masa menjelang kedatangan masa remaja (Jamaluddin, 2004).
Menarche adalah haid yang pertama kali datang. Gejalanya terasa sakit pada daerah mamae, bagian abdomen dan pinggang dan ada sebagian remaja mengalami tumbuhnya jerawat pada saat haid pertamanya.
Sebelum seorang wanita siap menjalani masa reproduksi, terdapat masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa kedewasaan yang lebih dikenal dengan masa pubertas. Permulaan masa pubertas yang sering disebut sebagai pematangan fungsi reproduksi, pada perempuan ditandai dengan haid. Remaja putri yang telah memasuki masa pubertas akan mengalami menarche (Manuaba, 2004).
Di Amerika sekitar 95% anak perempuan mempunyai tanda pubertas pada umur 12 tahun dan umur rata-rata 12,5 tahun. Menarche atau menstruasi pertama merupakan salah satu perubahan pubertas yang pasti dialami setiap anak perempuan (Ganong, 2003).
Usia untuk mencapai fase terjadinya menarche dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain faktor suku, genetik, sosial, sekonomi, dan lain-lain. Di Inggris usia rata-rata untuk mecapai menarche adalah 13,1 tahun, sedangkan suku Bunding di Papua, Menarche dicapai pada usia 18,8 tahun (Jamaluddin, 2004).
Bahwa di Indonesia gadis remaja pada waktu Menarche bervariasi antara 10-16 tahun dan rata-rata Menarche 12,5 tahun, usia Menarche lebih dini di daerah perkotaan dari pada yang tinggal di Desa dan juga lebih lambat wanita yang kerja berat (Wiknjosastro, 2003).
Menarche menjadi hal yang penting bagi seorang wanita dan perlu mendapat perhatian khusus karena hal ini menandai awal kedewasaan biologis seorang wanita (Huffman, 1968).
Anak-anak berusia 12 tahun atau 13 tahun sampai 19 tahun sedang berada dalam pertumbuhan yang mengalami masa remaja. Masa remaja termasuk masa yang sangat menentukan karena pada masa ini anak-anak mengalami banyak perubahan pada psikis dan fisiknya (Maju, 1996).
Menjadi remaja berarti mengalami proses berat yang membutuhkan banyak penyesuaian dan menimbulkan kecemasan, lonjakan pertumbuhan badani dan organ reproduksi adalah masalah besar yang mereka hadapi, terutama wanita. Menarche adalah peristiwa paling penting pada remaja putri sebagai pertanda siklus masa subur sudah dimulai (Huffman, 1968)
Dari hasil survey pendahuluan yang saya dapatkan di SMP Negeri 5 ......... Tahun 2009 terdapat 300 siswa perempuan, sedangkan yang telah mengalami menarche terhitung 30 orang.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui tentang “Bagaimana Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Menarche di SMP Negeri 5 ......... Tahun 2009”.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Gambaran Pengetahuan Remaja Putri tentang Menarche di SMP Negeri 5 ......... Tahun 2009?”.

C. Tujuan Penelitian
C.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Remaja Putri tentang Menarche di SMP Negeri 5 ......... Tahun 2009.
C.2. Tujuan Khusus
C.2.1. Untuk mengetahui pengetahuan remaja putri tentang Menarche di SMP Negeri 5 ......... Tahun 2009 berdasarkan umur.
C.2.2. Untuk mengetahui Pengetahuan Remaja Putri Tentang Menarche di SMP Negeri 5 ......... Tahun 2009 berdasarkan tempat tinggal.
C.2.3. Untuk mengetahui pengetahuan remaja putri tentang Menarche di SMP Negeri 5 ......... Tahun 2009 berdasarkan informasi.

D. Manfaat Penelitian
D.1. Bagi Pendidikan
Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengetahuan remaja putri tentang Menarche dan sebagai bahan bacaan di perpustakaan.
C.2. Bagi yang diteliti
Sebagai bahan informasi bagi siswi di SMP Negeri 5 ......... tentang tingkat pengetahuan terhadap Menarche.
C.3. Bagi peneliti
Menambah pengalaman penulis dalam melakukan penelitian tentang Menarche dan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Pendidikan D.III Kebidanan.


silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG MENARCHE DI SMP NEGERI
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)

lihat artikel selengkapnya - Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Menarche di SMP Negeri
iklan

Rabu, 09 Juni 2010

Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Pengetahuan Asupan Makanan Bergizi di Desa

iklan
KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN PENGETAHUAN
ASUPAN MAKANAN BERGIZI DI DESA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Perbaikan gizi diselenggarakan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan gizi. Perbaikan gizi meliputi upaya peningkatan status dan mutu gizi, pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan akibat gizi salah. (Undang-undang RI No. 29 Tahun 2004).
Secara klasik kata gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan energi membangun dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh. Tetapi sekarang kata gizi mempunyai pengertian lebih luas disamping untuk kesehatan, gizi dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar dan produktivitas kerja (Almatsier, 2001).
Sejak zaman purba manusia telah menyadari pentingnya makanan untuk kelangsungan hidupnya. Pada tahun 400 sebelum Masehi, Hipocrates Bapak Ilmu Kedokteran mengibaratkan makanan sebagai panas yang dibutuhkan oleh setiap manusia. (Almatsier, 2001).
Antonie Lavoisier (1743-1794) seorang ahli kimia dari Prancis yang dikenal sebagai Bapak Ilmu Gizi merupakan orang pertama yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan energi makanan yang meliputi proses pernapasan, oksidasi dan kalorimetri.Magandie seorang ahli kimia Prancis pada awal abad ke-19 untuk pertama kali dapat membedakan antara berbagai macam zat gizi dalam bahan makanan, yaitu karbohidrat, lemak, dan protein. Pada awal abad ke-19 dikembangkan cara-cara penentuan karbon, hidrogen, dan nitrogen di dalam ikatan-ikatan organik. Liebig (1803-1873) seorang ahli kimia dari Jerman menemukan bahwa karbohidrat, lemak dan protein dioksidasi dalam tubuh dan menghasilkan panas atau energi. Ia menghitung nilai energi beberapa bahan makanan dan menyimpulkan bahwa makanan seimbang harus mengandung protein, karbohidrat dan lemak. Pada abad ke-20 banyaknya penelitian yang dilakukan tentang pertukaran energi dan sifat-sifat bahan makanan pokok, komposisi karbohidrat, lemak, protein serat, air dan abu. (Almatsier, 2001).
Banyaknya perbedaan kebutuhan energi selama hamil maka WHO menganjurkan jumlah tambahan sebesar 150 kkal sehari pada trimester 1, 35 kkal sehari pada trimester 2 dan 3, sedangkan di Kanada penambahan trimester 1 sebesar 100 kkal dan 300 kkal untuk trimester 2 dan 3. Sementara di Indonesia berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998 ditentukan angka 2.300 kkal/hari selama kehamilan angka ini tentunya tidak termasuk penambahan akibat perubahan temperatur ruangan, kegiatan fisik dan pertumbuhan, patokan ini berlaku bagi mereka yang tidak menambah kegiatan fisik selama hamil. Sejak abad ke-16 telah diketahui bahwa janin dalam kandungan membutuhkan zat-zat gizi dan hanya ibu yang dapat memberikannya oleh sebab itu makanan ibu hamil harus cukup untuk berdua, yaitu untuk ibu dan anak yang dalam kandungannya. Makanan yang cukup mengandung zat-zat gizi selama hamil sangat penting artinya. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa apabila jumlah makanannya dikurangi maka berat bayi yang akan dilahirkan menjadi lebih kecil. Gizi yang adequat selama hamil akan mengurangi resiko dan komplikasi pada ibu menjamin pertumbuhan jaringan sehingga bayi baru lahir memiliki berat badan optimal. (Departemen Kesehatan RI, 1992).
Masalah gizi di Indonesia dan di negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh Kurang Energi Protein (KEP), Anemia, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), kurang vitamin A dan obesitas.
Menurut Soetjiningsih (1998) status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan dalam kandungan, apabila status gizi ibu buruk, baik sebelum kehamilan dan selama kehamilan menyebabkan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), disamping itu akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan otak janin pada BBLR. Bayi baru lahir mudah terinfeksi, abortus,dan sebagainya. (Suparyasa dkk, 2001).
Untuk meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat terutama pada ibu hamil, yaitu dengan meningkatkan pendidikan gizi, meningkatkan surveilens gizi, penanggulangan gizi lebih, menanggulangi KEP, anemia, GAKY, kurang vitamin A dan pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi. (Departemen Kesehatan RI, 2005).
Zat-zat gizi terdiri dari karbohidrat, lemak, protein, air, mineral, vitamin, dan serat.(Oenzil, 1995). Ibu hamil status gizinya pada waktu pembuahan dan selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandungnya. Seorang ibu yang sedang hamil mengalami kenaikan Berat Badan (BB) sebanyak 10-12 kg. Pada trimester 1 kenaikan itu hanya kurang dari 1 kg, trimester 2 +3 kg, sedangkan trimester 3 kira-kira 6 kg. Kenaikan tersebut meliputi kenaikan komponen janin yaitu pertumbuhan janin, plasenta, dan cairan amnion. (Paath dkk, 2004).
Berdasarkan data yang didapat dari profil kesehatan Kabupaten ............ tahun 2006 jumlah ibu hamil di Kabupaten ............ sebanyak 23.478 orang dengan ibu hamil beresiko sebanyak 1.678 orang (7,15%). Desa ......... merupakan salah satu desa yang ada di wilayah kecamatan ............ dengan jumlah ibu hamil sebanyak 32 orang dengan ibu hamil beresiko sebanyak 4 orang (12,5%), sedangkan di Kecamatan ............ sendiri jumlah ibu hamil sebanyak 844 orang dengan resiko kekurangan gizi sebanyak 168 orang ( 19,91%).
Ukuran lingkar lengan atas (LILA) <>
silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN PENGETAHUAN ASUPAN MAKANAN BERGIZI DI DESA
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)

lihat artikel selengkapnya - Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Pengetahuan Asupan Makanan Bergizi di Desa
iklan

Hubungan Karakteristik Ibu Balita dengan Tumbuh Kembang Balita Di Rw.02

iklan
KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU BALITA DENGAN
TUMBUH KEMBANG BALITA DI RW.02 DESA ......

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal (Undang-Undang Kesehatan No.23 Tahun 1992 Bab III Pasal 3).
Visi Indonesia sehat 2010 adalah bahwa masyarakat bangsa dan negara ditandai penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Salah satu indikator derajat kesehatan tersebut adalah angka kematian ibu dan angka kematian bayi (Profil Kesehatan Indonesia Sehat, 2010).
Visi kabupaten ............. adalah “............. Kabupaten Agribisnis Termaju di Jawa Barat Tahun 2010 Berbasis Masyarakat Agamis dan Partisipatif”. Untuk menunjang pencapaian visi daerah tersebut dibutuhkan masyarakat yang sehat dan memiliki kemampuan serta akses terhadap semua program pembangunan termasuk pembangunan dalam visi “............. SEHAT TAHUN 2008” (Profil Kesehatan Ibu dan Anak Tahun 2006 Kabupaten .............).
Proses tumbuh kembang dapat berlangsung normal atau tidak, artinya perubahan fisik dan mental yang dapat membentuk anak menjadi individu yang sempurna atau sebaliknya. Sempurna tidaknya tumbuh kembang anak sangat ditentukan oleh peranan orang tua dalam hal ini perhatian dan kasih sayang merupakan kondisi yang mendukung dan diperlukan anak. (Denis, 2002 : 8).
Asupan gizi adalah indikator utama dalam tumbuh kembang anak, ditinjau dari sudut tumbuh kembang anak masa bayi merupakan kurun waktu pertumbuhan paling pesat khususnya pertumbuhan dan perkembangan otak, oleh karena itu pemberian nutrisi yang adekuat yang diberikan ibu memegang peranan penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Kebutuhan gizi sangat terkait dengan tumbuh kembang anak, karena gizi dibutuhkan sejak di dalam kandungan. “Kebutuhan gizi sudah dimulai dari janin dan sudah ada pembuktian bahwa gizi yang baik akan menjadi modal besar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut sampai masa dewasanya kelak” (Latief, 2006).
Anak Indonesia berusia 2 tahun berat badannya 2 kilogram lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak di negara lain, demikian pula dengan tinggi badannya lebih pendek 5 cm (UNICEF : 2000).
Sekitar 40% dari total anak Indonesia, kira-kira 10 juta anak dinyatakan kekurangan baik dalam fisik maupun mental, proses tumbuh kembang anak akan menjadi terhambat karena proses tumbuh kembang juga ditentukan oleh pemenuhan gizi yang optimal. (UNICEF : 2000).
Dari total kabupaten yang ada di Indonesia terdapat 75 % Kabupaten yang mempunyai masalah gizi kurang dengan indikator berat badan dan tinggi badan kurang dari 70%-80% pada anak balita. Indikator ini mencapai 20% (SUSENAS, 2000).
Jumlah penduduk di Kabupaten ............. pada tahun 2006 sebanyak 1.176.136 jiwa, terdiri atas laki-laki brejumlah 582.474 jiwa dan perempuan sebanyak 596.662 jiwa atau meningkat sebesar 7.114 jiwa atau 0,84% (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten ............., 2006).
Kecamatan ............ terdiri dari 13 desa dengan jumlah penduduk di Desa ........... sebanyak 3.733 jiwa dengan jumlah balita sebanyak 367 balita di RW.01 Desa ........... sebanyak 115 balita. Di RW.02 Desa ........... sebanyak 124 balita. Di RW.03 Desa ........... sebanyak 35 balita. Di RW.04 Desa ........... sebanyak 93 balita. Dengan perincian balita usia 0-5 bulan sebanyak 32 balita, usia 6-11 bulan sebanyak 42 balita, usia 12-59 bulan sebanyak 293 balita. Dengan jumlah posyandu di Desa ........... sebanyak 4 posyandu.
Posyandu merupakan sarana yang tepat untuk ibu balita agar mengetahui tumbuh kembang balitanya tetapi di RW.02 Desa ........... ibu balita tidak banyak yang mengetahui bahwa tumbuh kembang balita penting untuk diperhatikan. Ini terbukti pada saat pelaksanan posyandu ibu balita yang datang membawa balitanya untuk mengetahui tumbuh kembang balitanya hanya 30 orang atau sekitar 24,1 % dari yang ditargetkan 100%.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dikemukakan perumusan masalahnya adalah “Belum diketahuinya hubungan karakteristik ibu balita dengan tumbuh kembang balita di RW.02 Desa ........... Kec............. Kab.............. Tahun 2007”.
Dari rumusan masalah tersebut maka pertanyaan penelitiannya adalah “Apakah ada hubungan karakteristik ibu balita dengan tumbuh kembang balita di RW.02 Desa ........... Kec............. Kab.............. Tahun 2007”.

1.3 Ruang lingkup Penelitian
Penelitian ini memfokuskan pada hubungan karakteristik ibu balita dengan tumbuh kembang balita di RW.02 Desa ........... Kec............. Kab.............. Tahun 2007.

1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan karakteristik ibu balita dengan tumbuh kembang balita di RW.02 Desa ........... Kec............. Kab.............. Tahun 2007.
1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.2.1 Diketahuinya distribusi frekuensi tumbuh kembang balita di RW.02 Desa ........... Kec............. Kab.............. Tahun 2007.
1.4.2.2 Diketahuinya distribusi frekuensi pekerjaan responden dengan tumbuh kembang di RW.02 Desa ........... Kec............. Kab.............. Tahun 2007.
1.4.2.3 Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan responden dengan tumbuh kembang di RW.02 Desa ........... Kec............. Kab.............. Tahun 2007.
1.4.2.4 Diketahuinya distribusi frekuensi perilaku responden dengan tumbuh kembang di RW.02 Desa ........... Kec............. Kab.............. Tahun 2007.
1.4.2.5 Diketahuinya distribusi frekuensi pendidikan responden dengan tumbuh kembang di RW.02 Desa ........... Kec............. Kab.............. Tahun 2007
1.4.2.6 Diketahuinya hubungan pekerjaan responden dengan tumbuh kembang di RW.02 Desa ........... Kec............. Kab.............. Tahun 2007.
1.4.2.7 Diketahuinya hubungan pengetahuan responden dengan tumbuh kembang di RW.02 Desa ........... Kec............. Kab.............. Tahun 2007.
1.4.2.8 Diketahuinya hubungan perilaku responden dengan tumbuh kembang di RW.02 Desa ........... Kec............. Kab.............. Tahun 2007.
1.4.2.9 Diketahuinya hubungan pendidikan responden dengan tumbuh kembang di RW.02 Desa ........... Kec............. Kab.............. Tahun 2007.

1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Institusi
Sebagai tambahan kepustakaan dan sebagai bahan perbandingan mahasiswa lain yang akan melakukan penelitian tentang hubungan karakteristik ibu balita dengan tumbuh kembang balita.
1.5.2 Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan tentang hubungan karakteristik ibu balita dengan tumbuh kembang balita.
1.5.3 Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat memperoleh tambahan pengetahuan kesehatan tentang tumbuh kembang balita untuk meningkatkan status kesehatan.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU BALITA DENGAN TUMBUH KEMBANG BALITA DI RW.02 DESA ......
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)
lihat artikel selengkapnya - Hubungan Karakteristik Ibu Balita dengan Tumbuh Kembang Balita Di Rw.02
iklan

Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Pengetahuan Manfaat Tablet Zat Besi di Wilayah UPT Puskesmas

iklan
KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN PENGETAHUAN MANFAAT TABLET ZAT BESI DI WILAYAH UPTD PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal (Undang-Undang Kesehatan No.23 Tahun 1992 Bab III Pasal 3 :66).
Visi Indonesia sehat 2010 adalah bahwa masyarakat bangsa dan negara ditandai penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku yang sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, salah satu indikator derajat kesehatan tersebut adalah angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
Kondisi derajat kesehatan masyarakat di Indonesia saat ini masih memprihatinkan, antara lain ditandai dengan masih tingginya AKI dan AKB. Berdasarkan SDKI Tahun 2002, AKI di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara-negara maju yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup, demikian dengan AKB menunjukkan angka yang masih tinggi yaitu 35 per 1.000 kelahiran hidup, angka tersebut masih tinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya (Depertemen Kesehatan RI, 2004).
Menurut hasil perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat Tahun 2005, Angka Kematian Ibu (AKI) di Jawa Barat masih tinggi yaitu sebesar 321,15 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka kematian Bayi (AKB) sebesar 43,83 per 1000 kelahiran hidup (Depertemen Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2004). Di Kabupaten ............ jumlah kematian ibu tahun 2006 sebesar 28 orang dan kematian bayi sebesar 470 orang, salah satu penyebab atau faktor tidak langsung kematian ibu tersebut adalah karena anemia pada ibu hamil.
Menurut WHO kejadian anemia dalam kehamilan berkisar antara 20% sampai 89%, bila mengacu pada definisi WHO (1972) dengan menetapkan Hb 11 gr% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan sebagaian besar karena kekurangan zat besi.
Pengaruh anemia pada kehamilan bisa mengakibatkan terjadinya abortus, partus prematurus dan jika kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 6 gram% bisa terjadi dekompensasi kordis, dalam persalinan bisa terjadi partus lama karena inersia uteri, dalam nifas bisa terjadi perdarahan post partum karena atonia uteri, syok dan infeksi (Manuaba, 2001).
Kebutuhan zat besi ibu selama kehamilan adalah 800 mg, diantaranya 300 mg untuk janin, plasenta dan 500 mg untuk pertambahan eritrosit ibu, dengan demikian ibu membutuhkan tambahan sekitar 2-3 mg zat besi per hari (Prawirohardjo, 2002). Melihat besarnya manfaat zat besi untuk mencegah anemia pada kehamilan dimana bila terjadi anemia bisa berdampak buruk bagi ibu serta janin yang dikandungnya, maka semua ibu hamil perlu pengetahuan yang memadai tentang manfaat zat besi ini.
Menurut laporan kesehatan ibu dan anak pada bulan Januari-April Tahun 2007 di UPTD Puskesmas .......... jumlah ibu hamil 202, sedangkan ibu hamil yang anemia berjumlah 26 orang. Dari 10 ibu hamil yang anemia yang dilakukan wawancara terdapat 3 ibu hamil yang mengatakan tidak rutin meminum tablet zat besi dan belum mengetahui manfaat dari tablet zat besi.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah tersebut dalam penelitian tentang “Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Pengetahuan Manfaat Tablet Zat Besi di Wilayah UPTD Puskesmas .......... Tahun 2007.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah “Belum diketahuinya hubungan karakteristik ibu dengan pengetahuan manfaat tablet zat besi di UPTD Puskesmas .......... Kecamatan .......... Kabupaten ............ Tahun 2007”.
Dalam rumusan masalah tersebut maka pertanyaan penelitian adalah “Apakah ada hubungan karakteristik ibu dengan pengetahuan manfaat zat besi di UPTD Puskesmas .......... Kecamatan .......... Kabupaten ............ Tahun 2007”.

1.3 Ruang lingkup Penelitian
Penelitian ini memfokuskan pada hubungan karakteristik ibu dengan pengetahuan manfaat zat besi di UPTD Puskesmas .......... Kecamatan .......... Kabupaten ............ Tahun 2007.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian adalah untuk diketahuinya hubungan karakteristik ibu dengan pengetahuan manfaat tablet zat besi di UPTD Puskesmas .......... Kecamatan .......... Kabupaten ............ Tahun 2007.

1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.2.1 Diketahuinya gambaran pengetahuan ibu tentang manfaat tablet zat besi bagi kehamilan berdasarkan umur, pekerjaan,dan pendidikan.
1.4.2.2 Diketahuinya hubungan umur dengan pengetahuan manfaat tablet zat besi di UPTD Puskesmas .......... Kecamatan .......... Kabupaten ............ Tahun 2007.
1.4.2.3 Diketahuinya hubungan pendidikan dengan pengetahuan manfaat tablet zat besi di UPTD Puskesmas .......... Kecamatan .......... Kabupaten ............ Tahun 2007.
1.4.2.4 Diketahuinya hubungan pekerjaan dengan pengetahuan manfaat tablet zat besi di UPTD Puskesmas .......... Kecamatan .......... Kabupaten ............ Tahun 2007.

1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Penulis
Dapat menambah pengetahuan sejauh mana ibu hamil memanfaatkan tablet zat besi dan memberikan pengalaman dalam menerapkan ilmu yang didapat ke dalam kondisi nyata di lapangan.
1.5.2 Bagi Institusi
Dapat meningkatkan pelayanan penyuluhan dan motivasi pada ibu hamil tentang pentingnya mengkonsumsi tablet zat besi dan sebagai dokumentasi agar dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dalam melakukan penelitian sejenis.
1.5.3 Bagi Masyarakat
Meningkatkan pemahaman masyarakat khususnya ibu hamil dalam pentingnya mengkonsumsi tablet zat besi selama kehamilan.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN PENGETAHUAN MANFAAT TABLET ZAT BESI DI WILAYAH UPTD PUSKESMAS
(isi: Pendahuluan; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)
lihat artikel selengkapnya - Hubungan Karakteristik Ibu Hamil dengan Pengetahuan Manfaat Tablet Zat Besi di Wilayah UPT Puskesmas
iklan

Hubungan Karakteristik Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI di UPT Puskesmas

iklan
KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU MENYUSUI TERHADAP
PEMBERIAN ASI DI UPT PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
“............. Kabupaten Agribisnis termaju di Jawa Barat Tahun 2010 berbasis masyarakat agamis dan partisipatif” itulah visi Kabupaten .............. untuk menunjang visi Kabupaten ............. tersebut dibutuhkan masyarakat yang sehat dan memiliki kemampuan serta akses terhadap semua program pembangunan termasuk pembangunan kesehatan yang diformulasikan dalam visi “............. Sehat 2008”.
Pembangunan sumber daya manusia perlu mendapat perhatian yang lebih baik agar mampu membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Salah satu bagian penting dari pembangunan Sumber Daya Manusia adalah bidang kesehatan. Kesehatan merupakan faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan dan salah satu sumber daya manusia yang berkualitas tersebut adalah ASI eksklusif. Banyak penelitian sudah membuktikan, ASI membuat bayi jauh lebih sehat, kekebalan tubuh yang tinggi, kecerdasan emosional dan spiritual yang baik.
Periode awal merupakan saat-saat terpenting dalam perkembangan anak dan menjadi pondasi bagi periode berikutnya. Kabupaten ............. baru ada 18% ibu yang memberikan ASI eksklusif dari target 65% yang ditetapkan. Sedangkan di wilayah kerja Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. baru 2,27% ibu yang memberikan ASI ekslusif dari target 65% yang ditetapkan.
Dengan demikian hampir 62,73% bayi telah mendapatkan makanan pendamping ASI di bawah usia 6 bulan. Hal ini merupakan masalah karena pemberian makanan pendamping ASI dibawah usia 6 bulan akan menyebabkan buruknya pertumbuhan anak, dapat menimbulkan diare, juga dapat menimbulkan kelebihan atau kekurangan gizi (Sunita, 2003 : 103).
Pakar kesehatan anak memperkirakan bahwa sebagian besar kematian bayi dan anak di seluruh dunia adalah akibat tidak baiknya mutu makanan mereka. Sehingga pertumbuhan anak-anak terhambat dan daya tahan tubuh mereka terhadap serangan penyakit infeksi menjadi sangat lemah (Sjahmin, 2000 : 97).
Oleh karena itu diperlukan upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian makanan pendamping ASI baik melalui penyuluhan maupun media lain yang bisa dimanfaatkan untuk merubah sikap dan perilaku yang lebih positif dalam hal pemberian makanan pendamping ASI.
Dengan memperhatikan betapa pentingnya pemberian makanan pendamping ASI, maka penulis tertarik untuk mengetahui karakteristik ibu menyusui terhadap pemberian makanan pendamping ASI di Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ..............

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka penulis ingin mengetahui sejauh mana Hubungan Karakteristik Ibu Menyusui terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI pada bayi usia 0 – 12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007.

1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada karakteristik ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0 – 12 bulan yang mencakup umur, pendidikan, paritas, pekerjaan dan pengetahuan ibu di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007.

1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan antara karakteristik ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0 – 12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.2.1 Diketahuinya distribusi frekuensi ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0 – 12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.2 Diketahuinya distribusi frekuensi umur ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0 – 12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.3 Diketahuinya distribusi frekuensi pendidikan ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0-12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.4 Diketahuinya distribusi frekuensi paritas ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0–12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.5 Diketahuinya distribusi frekuensi pekerjaan ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0–12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.6 Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0–12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.7 Diketahuinya hubungan antara umur ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0–12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.8 Diketahuinya hubungan antara pendidikan ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0–12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.9 Diketahuinya hubungan antara paritas ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0–12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.10 Diketahuinya hubungan antara pekerjaan ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0–12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.11 Diketahuinya hubungan antara pengetahuan ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0-12 bulan di UPTD di Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.

1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan media pembelajaran untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan tentang kebidanan yang didapat di bangku kuliah serta bisa menambah wawasan dan kepekaan penelitaian terhadap kondisi-kondisi nyata di masyarakat berkaitan dengan pengembangan ilmu pengetahuan yang sedang ditekuni, khususnya dalam hal pemberian makanan pendamping ASI.
1.5.2 Bagi Lembaga Pendidikan
Penelitian ini dijadikan bahan referensi untuk pengembangan lembaga baik secara keilmuan (Akademis) dimana hasil penelitan ini bisa dijadikan bahan penelitian lebih lanjut dalam hal pemberian makanan pendamping ASI.
1.5.3 Bagi Instansi Terkait
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi yang bisa dijadikan referensi bagi instansi terkait (Dinas Kesehatan Kabupaten ............., Puskesmas, BPS) dalam pengembangan program-program kesehatan masyarakat, khususnya dalam hal pemberian makanan pendamping ASI.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU MENYUSUI TERHADAP PEMBERIAN ASI DI UPT PUSKESMAS
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)
lihat artikel selengkapnya - Hubungan Karakteristik Ibu Menyusui Terhadap Pemberian ASI di UPT Puskesmas
iklan

Selasa, 08 Juni 2010

Hubungan Karakteristik Ibu Menyusui Terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Bayi Usia 0 – 12

iklan
KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU MENYUSUI TERHADAP PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI USIA 0 – 12

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
“............. Kabupaten Agribisnis termaju di Jawa Barat Tahun 2010 berbasis masyarakat agamis dan partisipatif” itulah visi Kabupaten .............. untuk menunjang visi Kabupaten ............. tersebut dibutuhkan masyarakat yang sehat dan memiliki kemampuan serta akses terhadap semua program pembangunan termasuk pembangunan kesehatan yang diformulasikan dalam visi “............. Sehat 2008”.
Pembangunan sumber daya manusia perlu mendapat perhatian yang lebih baik agar mampu membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Salah satu bagian penting dari pembangunan Sumber Daya Manusia adalah bidang kesehatan. Kesehatan merupakan faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan dan salah satu sumber daya manusia yang berkualitas tersebut adalah ASI eksklusif. Banyak penelitian sudah membuktikan, ASI membuat bayi jauh lebih sehat, kekebalan tubuh yang tinggi, kecerdasan emosional dan spiritual yang baik.
Periode awal merupakan saat-saat terpenting dalam perkembangan anak dan menjadi pondasi bagi periode berikutnya. Kabupaten ............. baru ada 18% ibu yang memberikan ASI eksklusif dari target 65% yang ditetapkan. Sedangkan di wilayah kerja Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. baru 2,27% ibu yang memberikan ASI ekslusif dari target 65% yang ditetapkan.
Dengan demikian hampir 62,73% bayi telah mendapatkan makanan pendamping ASI di bawah usia 6 bulan. Hal ini merupakan masalah karena pemberian makanan pendamping ASI dibawah usia 6 bulan akan menyebabkan buruknya pertumbuhan anak, dapat menimbulkan diare, juga dapat menimbulkan kelebihan atau kekurangan gizi (Sunita, 2003 : 103).
Pakar kesehatan anak memperkirakan bahwa sebagian besar kematian bayi dan anak di seluruh dunia adalah akibat tidak baiknya mutu makanan mereka. Sehingga pertumbuhan anak-anak terhambat dan daya tahan tubuh mereka terhadap serangan penyakit infeksi menjadi sangat lemah (Sjahmin, 2000 : 97).
Oleh karena itu diperlukan upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu menyusui tentang pemberian makanan pendamping ASI baik melalui penyuluhan maupun media lain yang bisa dimanfaatkan untuk merubah sikap dan perilaku yang lebih positif dalam hal pemberian makanan pendamping ASI.
Dengan memperhatikan betapa pentingnya pemberian makanan pendamping ASI, maka penulis tertarik untuk mengetahui karakteristik ibu menyusui terhadap pemberian makanan pendamping ASI di Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ..............

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka penulis ingin mengetahui sejauh mana Hubungan Karakteristik Ibu Menyusui terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI pada bayi usia 0 – 12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007.

1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada karakteristik ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0 – 12 bulan yang mencakup umur, pendidikan, paritas, pekerjaan dan pengetahuan ibu di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. tahun 2007.

1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan antara karakteristik ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0 – 12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.2.1 Diketahuinya distribusi frekuensi ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0 – 12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.2 Diketahuinya distribusi frekuensi umur ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0 – 12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.3 Diketahuinya distribusi frekuensi pendidikan ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0-12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.4 Diketahuinya distribusi frekuensi paritas ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0–12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.5 Diketahuinya distribusi frekuensi pekerjaan ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0–12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.6 Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0–12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.7 Diketahuinya hubungan antara umur ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0–12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.8 Diketahuinya hubungan antara pendidikan ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0–12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.9 Diketahuinya hubungan antara paritas ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0–12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.10 Diketahuinya hubungan antara pekerjaan ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0–12 bulan di UPTD Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.
1.4.2.11 Diketahuinya hubungan antara pengetahuan ibu menyusui dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0-12 bulan di UPTD di Puskesmas ........ Kecamatan ............. Kabupaten ............. Tahun 2007.

1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan media pembelajaran untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan tentang kebidanan yang didapat di bangku kuliah serta bisa menambah wawasan dan kepekaan penelitaian terhadap kondisi-kondisi nyata di masyarakat berkaitan dengan pengembangan ilmu pengetahuan yang sedang ditekuni, khususnya dalam hal pemberian makanan pendamping ASI.
1.5.2 Bagi Lembaga Pendidikan
Penelitian ini dijadikan bahan referensi untuk pengembangan lembaga baik secara keilmuan (Akademis) dimana hasil penelitan ini bisa dijadikan bahan penelitian lebih lanjut dalam hal pemberian makanan pendamping ASI.
1.5.3 Bagi Instansi Terkait
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi yang bisa dijadikan referensi bagi instansi terkait (Dinas Kesehatan Kabupaten ............., Puskesmas, BPS) dalam pengembangan program-program kesehatan masyarakat, khususnya dalam hal pemberian makanan pendamping ASI.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU MENYUSUI TERHADAP PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI USIA 0 – 12
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)
lihat artikel selengkapnya - Hubungan Karakteristik Ibu Menyusui Terhadap Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Bayi Usia 0 – 12
iklan

Hubungan Pengetahuan Tentang Anemia dengan Kepatuhan Ibu Hamil Meminum Tablet Zat Besi di Desa

iklan
KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DENGAN KEPATUHAN IBU HAMIL MEMINUM TABLET ZAT BESI DI DESA

Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia Dengan Kepatuhan Ibu Hamil Meminum Tablet Zat Besi
xiii + 51 halaman + 7 tabel + 2 gambar +10 lampiran

ABSTRAK

Anemia pada kehamilan merupakan masalah yang umum karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia.
Tujuan penelitian ini adalah mencari hubungan tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kepatuhan ibu hamil meminum tablet zat bes di BPS Alamanda ............ ............. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskripsi korelasi dengan pendekatan cross sectional
Populasi dan sampel dari penelitian ini adalah ibu hamil di Desa ............ dengan jumlah 30 orang. Alat pengumpulan data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah kuisioner. Analisis data menggunakan uji korelasi Kendal Tau.
Hasil penelitian didapatkan responden yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi tentang anemia sebesar 16 orang (53,3%), tingkat pengetahuan sedang sebesar 10 orang (33,3%) dan tingkat pengetahuan rendah sebesar 4 orang (13,3%). Responden yang patuh meminum tablet zat besi ada 21 orang (70,0%) dan tidak patuh meminum tablet zat besi ada 9 orang (30,0%). Adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kepatuhan ibu hamil dalam meminum tablet zat besi (p value = 0,014  0,05).
Disarankan kepada ibu hamil hendaknya memperhatikan kesehatan dirinya dengan makan makanan yang bergizi dan mengkonsumsi suplemen zat besi untuk mencukupi kebutuhan zat besi dalam tubuh serta ibu hamil diharapkan tidak mengkonsumsi kopi dan teh setelah dan atau bersamaan dengan minum tablet zat besi karena akan menghambat zat besi dalam tubuh.

Kata kunci : pengetahuan, kepatuhan meminum tablet zat besi
Daftar pustaka : 19 referensi (1998 – 2008)


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Anemia pada kehamilan merupakan masalah yang umum karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia hamil disebut ”Potensial danger of mother and child” (potensial membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkaIt dalam pelayanan kesehatan pada hari terdepan (Manuaba, 1998). Menurut WHO 4% kematian para ibu di negara yang sedang berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Kebanyakan anemia disebabkan oleh definisi besi dan perdarahan akut, bahkan tidak jarang keduanya saling berinteraksi (Sarwono, 2000).
Dari hasil pemeriksaan 640 ibu hamil terdapat 500 ibu hamil yang mengatakan tidak rutin meminum tablet zat besi, anemia dalam kehamilan memberikan pengaruh yang kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan, maupun dalam nifas. Berbagai penyakit dapat timbul akibat anemia seperti abortus, partus prematur, partus lama, akibat insersi uteri, perdarahan post partum karena atonia uteri, syok, infeksi baik intra partum maupun post partum (Manuaba, 2001).
Dalam mengatasi masalah anemia pada ibu hamil dinas kesehatan propinsi Jawa Tengah mempunyai program suplementasi tablet tambah darah yang bisa didapatkan di Puskesmas daerah. Tablet tambah darah dapat menghindari anemia besi dan anemia asam folat. Pada ibu hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi tablet zat besi minimal 90 tablet selama hamil. Pada beberapa ibu hamil, zat besi yang terkandung dalam vitamin kehamilan bisa menyebabkan sembelit atau diare.
Diseluruh dunia frekuensi anemia dalam kehamilan cukup tinggi, berkisar antara 10% dan 20% karena defisiensi makanan memegang peranan yang sangat penting dalam timbulnya anemia maka dapat difahami bahwa frekuensi itu lebih tinggi lagi di negara-negara yang sedang maju.
Di BPS Alamanda Ny. Heni parjiman, ibu hamil selalu diberikan tablet Fe setiap ANC namun sebagian besar dari mereka belum mengetahui pentingnya mengkonsumsi tablet Fe sehingga terjadi ketidakpatuhan ibu hamil untuk meminum tablet Fe.
Kebutuhan zat besi ibu selama kehamilan adalah 800 mg besi diantaranya 300 mg untuk janin plasenta dan 500 mg untuk pertambahan eritrosit ibu, untuk itulah ibu hamil membutuhkan 2-3 mg zat besi tiap hari (Manuaba, 2001).
Secara umum, ketidak patuhan dapat menyebabkan meningkatnya resiko berkembangnya masalah kesehatan atau memperpanjang atau memperburuk kesakitan yang sedang diderita. Perkiraan yang ada menyatakan bahwa 20% opname di rumah sakit merupakan akibat dari ketidakpatuhan pasien terhadap aturan pengobatan. Ketidakpatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi dapat mencerminkan seberapa besar peluang untuk terkena anemia. Pemberian informasi tentang anemia akan bertambah. Pengetahuan mereka tentang anemia, karena pengetahuan memegang peranan yang sangat penting sehingga ibu hamil patuh meminum zat besi.
Menurut BKKBN (2001) pengetahuan ibu hamil tentang kesehatan khususnya anemia akan berpengaruh terhadap perilaku ibu hamil pada pelaksanaan program pencegahan anemia, sikap tersebut dapat berupa tanggapan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dibuat suatu rumusan permasalahan sebagai berikut ”Adakah hubungan tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kepatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi”.

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kepatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi di BPS Alamanda langensasri .............
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan tentang anemia pada ibu hamil di BPS Alamanda.
b. Mengetahui kepatuhan ibu hamil dalam meminum tablet zat besi di BPS Alamanda .............
c. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kepatuhan meminum tablet zat besi di BPS Alamanda .............
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Instansi
Sebagai pedoman bagi mahasiswa dalam meningkatkan pembelajaran tentang anemia.
2. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan tentang metode penelitian yang telah diperoleh selama perkuliahan.
3. Bagi Bidan
a. Menambah infromasi tentang pentingnya pemberian tablet besi pada Ibu hamil.
b. Menambah informasi dan pengetahuan tentang cara mencegah terjadinya anemia.
c. Menambah pengetahuan tentang penyebab terjadinya ketidakpatuhan ibu hamil meminum tablet zat besi.
4. Bagi Ibu Hamil
Menambah informasi dan pengetahuan kepada para ibu hamil tentang resiko anemia sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran para ibu hamil untuk mengkonsumsi tablet zat besi sesuai anjuran tenaga kesehatan, yaitu minimal dapat mencegah terjadinya kekurangan zat besi.
silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DENGAN KEPATUHAN IBU HAMIL MEMINUM TABLET ZAT BESI DI DESA
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)
lihat artikel selengkapnya - Hubungan Pengetahuan Tentang Anemia dengan Kepatuhan Ibu Hamil Meminum Tablet Zat Besi di Desa
iklan

Senin, 07 Juni 2010

Karakteristik Pelaksanaan Senam Lansia pada Posyandu ..... Desa

iklan
KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK PELAKSANAAN SENAM LANSIA PADA POSYANDU ..... DESA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Salah satu isu kependudukan yang mulai menghangat pada dekade terakhir ini adalah peningkatan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di beberapa negara di dunia dan khususnya di Indonesia. Turunnya tingkat fertilitas dan tingkat kematian akan menghasilkan perubahan fundamental terhadap struktur umur sebagian besar masyarakat dan dapat menambah proporsi dan jumlah penduduk usia tua, termasuk meningkatnya jumlah penduduk usia sangat tua (old-old). Pada tahun 1950, di Asia terdapat 55 juta laki-laki dan perempuan yang berusia 65 tahun ke atas. Sedangkan pada tahun 2000, jumlahnya meningkat menjadi 207 juta, dan menurut proyeksi jumlah tersebut akan meningkat lagi pada tahun 2050 menjadi 865 juta orang atau sekitar 20 persen dari penduduk dewasa (Cicih cit BKKBN, 2000).
Indonesia sebagai salah satu negara di Asia mengalami peningkatan penduduk lansia (60 tahun ke atas) yang cukup pesat. Dalam kurun waktu sekitar 50 tahun peningkatannya sudah mencapai tiga kali lipat. Menurut data BPS (1998), jumlah lansia (60 tahun ke atas) di Indonesia pada tahun 1971 sekitar 4,9 persen dari jumlah penduduk, sedangkan pada tahun 1990 sekitar 6,7 persen, kemudian meningkat menjadi 7,6 persen pada tahun 2000. pada tahun 2020 diperkirakan lansia mencapai 11,4 persen dari total penduduk atau sekitar 32 juta jiwa.
Lansia merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dihindari oleh setiap manusia. Kemampuan untuk beraktifitas, baik sosial maupun ekonomi akan mengalami penurunan. Dengan demikian, definisi penduduk lanisia ditentukan oleh 3 (tiga) aspek, yaitu aspek biologi, ekonomi, dan sosial. Secara biologi penduduk lansia adalah penduduk yang telah mengalami proses penuaan dan menurunnya daya tahan fisik sehingga rentan terhadap penyakit. Secara ekonomi, penduduk lansia dipandang sebagai beban terhadap perekonomian. Sedangkan secara sosial, penduduk lansia sebagai satu kelompok sosial tersendiri (BKKBN, 2000).
Pada usia lanjut telah terjadi kemunduran fisik pada organ tubuh. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar tetap sehat di usia lanjut yaitu dengan memperhatikan faktor gizi dan olahraga. Dengan semakin meningkatnya usia maka sudah jelas kesegaran jasmani akan turun. Penurunan kemampuan akan semakin terlihat setelah umur 40 tahun, sehingga saat usia lanjut kemampuan akan turun antara 30-50%. Oleh karena itu, bila para usia lanjut ingin beolahraga harus memilih sesuai dengan umur kelompoknya, dan kemungkinan adanya penyakit. Olahraga usia lanjut perlu diberikan dengan berbagai patokan, antara lain beban ringan atau sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik, tidak kompetitif/bertanding (www.bkkbn.co.id., 2006).
Dari beberapa uraian di atas maka telah dijelaskan bahwa program pembinaan kesehatan lanjut usia sangat dibutuhkan. Posyandu atau pos pelayanan terpadu yang merupakan program Puskesmas melalui kegiatan peran serta masyarakat telah berupaya untuk melaksanakan program pembinaan kesehatan lanjut usia. Adapun data Posyandu Lansia di Kabupaten Lampung tengah tahun 2005 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1.1. Data Posyandu Lansia
No Nama Wilayah Jumlah posyandu Jumlah lansia
1. Kabupaten Lampung Tengah 187 75.966
2. Kecamatan Kalirejo 14 4.783
3. Desa Kalirejo 8 2.764
Sumber : Data Dinkes Kabupaten Lampung Tengah dan Puskesmas Kalirejo Tahun 2005
Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah Posyandu di Kabupaten Lampung Tengah berjumlah 187 dengan jumlah lansia 75.966 orang. Untuk Kecamatan Kalirejo sendiri berjumlah 14 posyandu dengan jumlah lansia sebanyak 4.783 orang. Sedangkan di desa Kalirejo jumlah Posyandu ada 8 unit dan jumlah lansia ada 2.764 orang.
Dari 8 posyandu yang ada di desa Kalirejo, hanya 1 posyandu yang telah melaksanakan program senam lansia. Kegiatan senam lansia tersebut telah dilaksanakan sejak tahun 1997 hingga sekarang. Adapun jumlah lansia dari tahun 2001 sampai dengan 2005 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1.2. Data Jumlah Lansia Dari Tahun 2001 – 2005
No Tahun Jumlah Lansia %
1 2001 514 Orang 5,28
2 2002 510 Orang 5,24
3 2003 3761 Orang 38,63
4 2004 2764 Orang 28,39
5 2005 2186 Orang 22,46
Sumber: Data Puskesmas Kalirejo tahun 2001-2005
Dilihat dari tabel 1.2 jumlah senam lansia mengalami penurunan dan peningkatan dari tahun ke tahun (2001-2005).
Gambar 1.1. Grafik Peningkatan (%) Dari Tahun Ke Tahun
Pada tabel dan diagram di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2001 jumlah lansia di desa Kalirejo adalah 5,28% sedangkan pada tahun 2003 mengalami peningkatan yaitu 38,63% dari tahun sebelumnya yaitu 5,24%. Pada tahun 2004 mengalami penurunan (28,39%), kemudian di tahun 2005 juga mengalami penurunan (22,46%).
Pada studi pendahuluan yang dilakukan di Posyandu Lestari dari bulan Januari sampai Mei tahun 2006, diketahui bahwa pelaksanaan senam lansia dilakukan 1 minggu sekali dengan anggota 35 orang lansia. Berdasarkan fenomena pelaksanaan senam lansia di desa Kalirejo yang masih belum terlaksana dengan baik maka penulis tertarik untuk mengetahui “Karakteristik Pelaksanaan Senam Lansia pada Posyandu Lestari desa Kalirejo Lampung Tengah tahun 2006”.

1.2 Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang, maka diidentifikasi masalah yang ada di Posyandu Lestari, yaitu :
1.2.1 Secara alami kelompok usia lanjut mengalami kemunduran fisik, biologik, mental, maupun sosialnya.
1.2.2 Olahraga adalah suatu bentuk kegiatan fisik yang memberikan pengaruh baik terhadap tingkat kemampuan fisik manusia bila dilaksanakan dengan tepat dan terarah.
1.2.3 Bentuk olahraga untuk usia lanjut dapat bermacam-macam dengan syarat tidak membahayakan atau memperburuk keadaan, yang salah satunya adalah senam lansia.
1.2.4 Pada studi pendahuluan yang dilakukan di Posyandu Lestari dari bulan Januari sampai Mei tahun 2006, diketahui bahwa dari 8 posyandu yang ada baru 1 posyandu yang menjalankan program senam lansia. Program senam lansia tersebut dilakukan 1 minggu sekali dengan anggota 35 orang lansia hal tersebut belum menunjukkan karakteristik senam lansia.

1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka penulis membuat rumusan masalah,”Bagaimana karakteristik pelaksanaan senam lansia pada Posyandu Lestari Desa Kalirejo Lampung Tengah tahun 2006?”

1.4 Pertanyaan Peneliti
1.4.1 Bagaimana pelaksanaan senam lansia ditinjau dari jenis kelamin?
1.4.2 Bagaimana pelaksanaan senam lansia ditinjau dari jenis pendidikan?
1.4.3 Bagaimana pelaksanaan senam lansia ditinjau dari jenis pekerjaan?
1.4.4 Bagaimana pelaksanaan senam lansia ditinjau dari tingkat pengetahuan?

1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui karakteristik pelaksanaan senam lansia pada Posyandu Lestari Desa Kalirejo Lampung Tengah tahun 2006.
1.5.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi pelaksanaan senam lansia ditinjau dari jenis kelamin pada Posyandu Lestari Desa Kalirejo Lampung Tengah tahun 2006
2. Untuk mengidentifikasi pelaksanaan senam lansia ditinjau dari jenis pendidikan pada Posyandu Lestari Desa Kalirejo Lampung Tengah tahun 2006
3. Untuk mengidentifikasi pelaksanaan senam lansia ditinjau dari jenis pekerjaan pada Posyandu Lestari Desa Kalirejo Lampung Tengah tahun 2006
4. Untuk mengidentifikasi pelaksanaan senam lansia ditinjau dari tingkat pengetahuan pada Posyandu Lestari Desa Kalirejo Lampung Tengah tahun 2006

1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan memberikan manfaat :
1.6.1 Untuk lansia
Untuk menambah pengetahuan bagi lansia tentang pentingnya pelaksanaan senam lansia.
1.6.2 Bagi Petugas Posyandu Lestari
Untuk Meningkatkan program yang sudah berjalan pada Posyandu Lestari Desa Kalirejo Lampung Tengah.
1.6.3 Bagi Institusi Pendidikan Program Studi Kebidanan Metro
Sebagai sumber pustaka peneliti selanjutnya di institusi pendidikan.
1.6.4 Bagi Peneliti lain
Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti lain yang meneliti tentang lansia.
1.7 Ruang Lingkup
Di dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup yang diteliti sebagai berikut :
1. Sifat Penelitian : Deskriptif
2. Subjek Penelitian : Para lansia di Posyandu Lestari desa Kalirejo Lampung Tengah
3. Objek Penelitian : Pelaksana Senam lansia pada Posyandu Lestari Desa Kalirejo Lampung Tengah
4. Tempat Penelitain : Posyandu Lestari desa Kalirejo Lampung Tengah.
5. Waktu Penelitian : Pada bulan April s.d Juni 2006
6. Alasan : Karena dari 8 Posyandu yang ada di desa Kalirejo Lampung Tengah baru satu Posyandu yang menjalani program senam lansia dan hal tersebut belum menunjukkan karakteristik senam lansia.

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
KARAKTERISTIK PELAKSANAAN SENAM LANSIA PADA POSYANDU ..... DESA
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)
lihat artikel selengkapnya - Karakteristik Pelaksanaan Senam Lansia pada Posyandu ..... Desa
iklan

Hubungan Usia Terhadap Perdarahan Post Partum Di RSUD

iklan
KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN USIA TERHADAP PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan wanita merupakan hal yang sangat penting bagi bangsa. Kenyataan menunjukan bahwa umur harapan hidup bangsa Indonesia semakin meningkat sejalan dengan peningkatannya kualitas kesehatan yang berarti termasuk pula wanita. Khususnya untuk kesehatan reproduksi kesehatan wanita memegang peranan yang sangat penting dalam pembentukan generasi yang berkualitas dalam segi fisiknya. Maka tak berlebihan bahwa kesehatan reproduksi mendapat perhatian khusus (Univeristas Diponegoro 1992; 8).
Angka kematian Ibu dan perinatal merupakan ukuran penting dalam menilai keberhasilan pelayanan kesehatan sesuai dengan masalah kesehatan ibu dan anak di Indonesia (Manuaba, 1998; 8).
Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi. Sebenarnya kematian tersebut masih dapat dihindari karena sebagian besar terjadi pada saat pertolngan pertama sangat diperlukan, tetapi penyelenggara kesehatan tidak sanggup untuk memberikan pelayanan. Penyebab kematian ibu masih tetap merupakan “ trias klasik “ yang terdiri dari perdarahan, sepsis dan eklamsia (Manuaba, 1998; 15).
Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya dan paling sedikit 128.000 wanita mengalami perdarahan sampai meninggal. Sebagian besar kematian tersebut terjadi dalam waktu 4 jam setelah melahirkan. Di Inggris (2000), separuh kematian ibu hamil akibat disebabkan oleh perdarahan postpartum.
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) AKI di Indonesia mengalami penurunan yang cukup tinggi, dari 390 pada tahun 2000, angka ini masih termasuk yang tinggi diantara negara-negara ASEAN. Tingginya AKI ini menunjukkan bahwa derajat kesehatan di Indonesia masih belum baik. Pada tahun 2002/2003, AKI di Indonesia adalah sebesar 307 per 100.000 kelahiran hidup. Tingginya AKI dipengaruhi oleh penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung berkaitan dengan kondisi saat melahirkan seperti perdarahan, hipertensi atau tekanan darah tinggi saat kehamilan (eklamsia), Infeksi, partus lama, dan komplikasi keguguran. Penyebab langsung tersebut diperburuk oleh status kesehatan dan gizi ibu yang kurang baik. Sementara itu penyebab tidak langsung antara lain adalah rendahnya taraf pendidikan perempuan, kurangnya pengetahuan kesehatan reproduksi, rendahnya status sosial ekonomi, serta kurangnya ketersediaan pelayanan kesehatan dan keluaga berencana (KB).
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) 2004-2009 menerapkan sasaran pencapaian AKI sebesar 226 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2009. Sementara itu Millenium Development Goals (MDGs), menetapkan AKI pada tahun 2015 menjadi 2/3 dari keadaan tahun 2000, yaitu menjadi 102 per kelahiran hidup.
Perdarahan Postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa 2 jam setelah anak lahir (Sinopsis Obstetri Jilid 1, Edisi 2, 1998;298). Biasanya perdarahan itu tidak banyak, sebab kontraksi dan retraksi otot-otot uterus menekan pembuluh darah yang terbuka sehingga lumennya tertutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah. Seorang wanita sehat dapat kehilangan 500 ml darah tanpa akibat buruk. Istilah perdarahan postpartum digunakan apabila perdarahan setelah anak lahir melebihi 500 ml (Ilmu Kebidanan Edisi 3, 2005; 653).
Apabila terjadi perdarahan yang berlebihan setelah melahirkan harus dicari penyebab yang spesifik. Atonia uteri, retensio plansenta, sisa plasenta, dan laserasi traktus ginetalia merupakan penyebab sebagian besar perdarahan postpartum (Fakultas Kedokteran Universitas Riau. 29 September 2008).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Medical Record RSUD. Prof. DR. H. ..... ....... di ruang bersalin. Bulan Januari sampai Desember 2007 ibu dengan kasus perdarahan posttuparm berjumlah 63 kasus dan 1 orang diantaranya meninggal dunia.
Atas dasar permasalahan tersebut di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Usia Terhadap Perdarahan Postpartum di RSUD. Prof. DR. H. ..... ....... Tahun 2007.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan usia terhadap perdarahan Postpartum di RSUD. Prof. DR. H. ..... ....... Tahun 2007?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia terhadap perdarahan Postpartum di RSUD. Prof. DR. H. ..... ....... Tahun 2007.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Bidan
a. Sebagai bahan masukan untuk pertimbangan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam hal memberikan perawatan.
b. Sebagai bahan untuk meningkatkan manajemen asuhan kebidanan pada ibu dengan perdarahan.
2. Bagi Rumah Sakit
Sebagai dorongan untuk lebih memperhatikan kualitas tenaga kebidanan dalam menciptakan SDM yang berkualitas sehingga dapat diandalkan.
3. Bagi Peneliti
Sebagai referensi dan bahan perbadingan bagi peneliti selanjutnya

silahkan download dalam bentuk dokumen word KTI KEBIDANAN
HUBUNGAN USIA TERHADAP PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD
(isi: Pendahuluan; Tinjauan Pustaka; Metodelogi Penelitian;
Hasil Penelitan dan Pembahasan; Kesimpulan dan Saran; Daftar Pustaka)
lihat artikel selengkapnya - Hubungan Usia Terhadap Perdarahan Post Partum Di RSUD
iklan

ARTIKEL TERKAIT (SILAHKAN KLIK):