IKLAN

IKLAN

Jumat, 26 Februari 2010

KTI tentang Diabetes Mellitus DM

iklan
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan kesehatan Indonesia mempunyai visi yaitu sehat 2010 yang merupakan suatu proyeksi tentang keadaan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia pada tahun 2010 yang akan datang yang ditandai oleh mayoritas penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, meliputi kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta berada dalam derajat kesehatan yang optimal. Perawatan kesehatan keluarga adalah perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit pelayanan karena masalah kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara sesama anggota keluarga dan akan mempengaruhi pula keluarga-keluarga di sekitarnya dan masyarakat secara keseluruhan. Dalam memberikan asuhan keperawatan kegiatan yang ditekankan adalah upaya promotif dan preventif dengan tidak melupakan upaya-upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif. (Effendy. N, 1998)
Menurut penelitian epidemiologis yang sampai saat ini telah dilaksanakan di Indonesia, kekerapan DM tipe-2 berkisar antara 1,4-1,6%. Berdasarkan atas kekerapan DM sebesar 1,5 %, maka diperkirakan jumlah penderita DM di Indonesia pada tahun 2000 sebesar 4 juta dan tahun 2020 diprediksikan sebesar 6,5 juta.
Diabetes Melitus merupakan penyakit kronik yang tidak dapat disembuhkan, tetapi sangat potensial untuk dapat dicegah dan dikendalikan melalui pengelolaan DM. Pilar utama pengelolaan DM adalah perencanaan makan, latihan jasmani, obat berkhasiat hipoglikemik dan penyuluhan. Diabetes Melitus juga merupakan penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup, oleh karena itu berhasil tidaknya pengelolaan DM sangat tergantung dari pasien itu sendiri, dalam mengubah perilakunya, sehingga pasien dapat mengendalikan kondisi penyakitnya dengan menjaga agar kadar glukosa darahnya dapat tetap terkendali.
Hasil penelitian dari Diabetes Control and Complication Trial (DCCT) menunjukkan bahwa pengendalian DM yang baik dapat mengurangi komplikasi kronik DM antara 20-30%. Penelitian tingkat kepatuhan pasien DM terhadap pengelolaan DM, didapati 80% diantaranya menyuntik insulin dengan cara yang tidak tepat, 58% memakai dosis yang salah, 75% tidak mengikuti diet yang dianjurkan. Ketidakpatuhan ini selalu menjadi hambatan untuk tercapainya usaha pengendalian DM sehingga mengakibatkan pasien memerlukan pemeriksaan atau pengobatan yang sebenarnya tidak diperlukan. (Jazilah, 2003)

B. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah komprehensif antara lain :
1. Tujuan Umum
Penulis ingin mendapatkan pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan salah satu anggota keluarga yang menderita Diabetes Melitus dengan menggunakan proses keperawatan, bagi keluarga dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan keluarga sehingga dapat meningkatkan status kesehatan keluarganya.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan keluarga dengan salah satu anggota keluarga yang menderita Diabetes Melitus, mengetahui faktor-faktor penghambat dan pendukung dalam perawatan kesehatan.
b. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan yang dialami salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit Diabetes Melitus.
c. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya.
d. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap anggota keluarganya yang menderita Diabetes Melitus.
e. Dapat memodifikasi lingkungan yang dapat mendukung peningkatan kesehatan.
f. Dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia untuk meningkatkan kesehatan.

C. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan
BAB II : Konsep Dasar
a. Konsep Penyakit
Terdiri dari pengertian, etiologi, gambaran klinis, pathofisiologi, pathway, komplikasi dan penatalaksanaan.
b. Konsep Keperawatan Keluarga
Terdiri dari pengkajian, dan fokus intervensi dari penyakit Diabetes Melitus.
BAB III : Resume Kasus
Meliputi tentang pengkajian identitas, riwayat kesehatan klien, pemeriksaan fisik, pola fungsional, data penunjang, analisa data, skoring, prioritas masalah, perencanaan tindakan, implementasi dan evaluasi yang disajikan dalam catatan perkembangan.
BAB IV : Pembahasan
Meliputi problem solving dengan argumentasi ilmiah atau logis dari permasalahan ilmiah yang timbul dalam tinjauan kasus yang tidak sesuai dengan konsep dasar.
BAB V : Kesimpulan dan Saran
Meliputi kesimpulan dan usulan yang sifatnya lebih operasional atau rekomendasi. Rekomendasi ditujukan pada institusi, organisasi profesi atau anggota profesi.
BAB II
KONSEP DASAR

A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Diabetes militus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. (Price, 1995).
Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemi kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron.
(Mansjoer, 1999)

2. Etiologi
a.. Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM).
- Kerusakan sel beta pankreas.
- Infeksi virus.
- Autoimun.
b. Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM).
- Obesitas / kegemukan
- Penurunan sensitifitas reseptor insulin.
- Respon autoimun terhadap insulin.
( Mansjoer, 1999;Soegondo, 2002 )
http://askep-askeb.cz.cc/
3. Tanda Dan Gejala
a.. Polidipsi atau rasa haus yang berlebihan.
b. Poliuri atau sering kencing dengan jumlah yang banyak.
c. Poliphagi atau lapar yang bertambah.
d. Berat badan turun.
e. Badan lemah.
f. Luka yang sulit sembuh.
(Soegondo, 2002)

4. Klasifikasi Diabetes Melitus
Klasifikasi Diabetes Melitus yaitu :
a. Type I atau IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus) ciri-cirinya :
1) Usia kurang dari 30 tahun
2) Rata-rata badan kurus
3) Tergantung insulin seumur hidup
b. Type II atau NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus) ciri-cirinya :
1) Usia lebih dari 30 tahun
2) 80 % mempunyai badan gemuk
c. Diabetes Melitus Gestasional (GDM)
(Mansjoer, 1999)


5. Patofisiologi
Dalam keadaan normal jika terdapat insulin, asupan glukosa yang melebihi normal atau melebihi kebutuhan kalori akan di simpan sebagai glikogen dalam sel–sel hati dan sel–sel otot. Proses glikogenesis ini mencegah hiperglikemi, jika terdapat defisit insulin, empat perubahan metabolik terjadi menimbulkan hiperglikemi:
a. Transport glukosa yang melintasi membran sel-sel berkurang.
b. Gligogenisis berkurang dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam darah.
c. Glikolisis meningkat, sehingga cadangan glikogen berkurang dan glukosa “hati” di curahkan ke dalam darah secara terus menerus melebihi kebutuhan.
d. Glukoneogenesis meningkat dan melebihi banyak lagi glukosa “hati” yang tercurah ke dalam darah dari hasil pemecahan asam amino dan lemak.
Defisiensi insulin gagal untuk melakukan asupan glukosa bagi jaringan-jaringan peripheral yang tergantung pada insulin. Jika tidak terdapat glukosa sel-sel otot memetabolisme cadangan glikogen yang mereka miliki dan mengkatabolisme protein dimana asam amino yang dihasilkan digunakan substrat yang diperlukan untuk glukoneogenesis dalam hati. Kelemahan, penurunan berat badan dan hilangnya kekuatan dapat terjadi. Defisiensi insulin juga dapat meningkatkan metabolisme lemak (peningkatan lipolisis).
Hiperglikemi meningkatkan osmolalitas darah, peningkatan osmolalitas darah dan peningkatan konsentrasi glukosa darah akan menimbulkan dehidrasi dengan melalui dua mekanisme:
a. Glikosuria dan diurisis asmotik terjadi jika glukosa darah melebihi ambang ginjal sehingga dapat terjadi kehilangan kalori, air dan elektrolit dalam jumlah besar.
b. Perpindahan cairan dari ruang interseluler ke ruang ekstraseluler yang memiliki konsentrasi lebih tinggi, mengakibatkan defisit cairan intraseluler.
Hiperglikemi juga dapat meningkatkan metabolisme dengan cara melepaskan enzim aldose reduktase, dimana enzim aldose reduktase mengatur perubahan atau bentuk lain glukosa menjadi sorbitol dan kemudian di metabolisme secara lambat menjadi fruktosa. Diurisis asmotik menimbulkan peningkatan volume urin (poliuria) dan rasa harus terstimulasi sehingga pasien akan minum air dalam jumlah besar atau banyak (polidipsi), karena adanya kehilangan kalori dan starvasi seluler, maka selera makan menjadi meningkat dan orang akan sering makan (polifagia). Jika disertai kelemahan dan penurunan berat badan “tiga P” merupakan tanda–tanda klasik dari hiperglikami. (Long, 1996)

6. Komplikasi
a. Komplikasi Metabolik Akut
1) Ketoasidosis Diabetik
Bila kadar insulin sangat menurun pasien mengalami hiperglikemi dan glukosia berat, penurunan lipogenesis, peningkatan liposis dan peningkatan aksidasi asam lemak bebas disertai pembentukan benda keton, peningkatan benda keton dalam plasma mengakibatkan ketosis, peningkatan ketosis, peningkatan beban ion hydrogen dan asiodasis metabolik. Glukosuria dan ketonuria mengakibatkan diuresis osmotic dengan hasil akhir dehidrasi dan kehilangan elektrolit, pasien dapat mengalami syok.
2) Hipoglikemi
Merupakan komplikasi terapi insulin. Penderita mungkin suatu saat menerima insulin yang jumlahnya lebih banyak dari yang dibutuhkan.
b. Komplikasi Vaskular Jangka Panjang
Melibatkan pembuluh-pembuluh kecil – microangiopati dan pembuluh-pembuluh sedang dan besar – makroangiopati. Microangiopati merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang kapiler dan arteriola retina (retinopati diabetik), glumerulus ginjal (nefropati diabetik), dan syaraf-syarat perifer (neuropatik diabetik). Manifestasi dini retinopati berupa mikroaneurisma (pelebaran sakular yang kecil) dari arteoila retina. Akibatnya terjadi perdarahan, neovaskularisasi dan jaringan parut retina yang dapat mengakibatkan kebutaan. Manifestasi dini nefropati berupa proteinuria dan hipertensi jika hilangnya fungsi netron terus berkelanjutan pasien akan menderita insufisiensi ginjal dan uremia. Makroangiopati diabetik mempunyai gambaran histopatologis berupa aterosklerosis. Makroangiopati mengakibatkan penyumbatan vaskuler. Jika mengenai arteria-arteria perifer mengakibatkan insufiensi vaskuler perifer yang disertai kladikasio intermiten dan gangren pada ekstremitas. Jika terkena arteri koronaria dan aorta mengakibatkan angina dan infark miokardium. (Price, 1995)

7. Penatalaksanaan
Kerangka utama penatalaksanaan DM yaitu perencanaan makan, latihan jasmani, obat hipoglikemik dan penyuluhan.
a. Perencanaan makan (meal planning)
Standar yang dianjurkan adalah santapan dengan komposisi seimbang berupa karbohidrat (60-70%), protein (10-15%) dan lemak (20-25%), jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut, dan kegiatan jasmani untuk mencapai berat badan ideal. Konsumsi garam dibatasi bila terdapat hipertensi.
Cara menghitung kalori pada pasien
1) Tentukan dulu berat badan ideal
BB ideal = TB dalam cm – 100) – 10% kg
Pada laki-laki yang tingginya kurang dari 160 atau perempuan yang tingginya < ideal =" (TB"> 40 tahun) adalah resiko tinggi untuk DM (Syaifoellah N, 1996).
b. Genogram
Dengan adanya genogram dapat diketahui faktor genetik atau faktor bawaan yang sudah ada pada diri manusia untuk timbulnya diabetes melitus. Dan diketahui bahwa diabetes melitus adalah penyakit autoimun yang ditentukan secara genetik. (Price, 1995)
c. Status Sosial
Status sosial ekonomi keluarga dapat dilihat dari pendapatan kepala keluarga maupun dari anggota keluarga lainnya dan juga kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga (Rekawati, 2000). Pada pengkajian status sosial ekonomi diketahui bahwa tingkat status sosial ekonomi berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang. Dampak dari ketidakmampuan keluarga membuat seseorang enggan memeriksakan diri ke dokter dan fasilitas kesehatan lainnya.
d. Riwayat Keluarga Inti
Yang perlu dikaji mengenai riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga dan apakah dari anggota keluarga tersebut ada yang mempunyai penyakit keturunan. Karena sebagaimana telah diketahui bahwa diabetes melitus juga merupakan salah satu dari penyakit keturunan, disamping itu juga perlu dikaji tentang perhatian keluarga terhadap pencegahan penyakit, sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
e. Karakteristik Lingkungan
Yang pelu dikaji dari karakteristik lingkungan adalah karakteristik rumah, tetangga dan komunitas, geografis keluarga, sistem pendukung keluarga dimana karakteristik rumah dan penataan lingkungan yang kurang pas dapat menimbulkan suatu cidera, karena pada penderita diabetes melitus bila mengalami suatu cidera atau luka biasanya sulit sembuh.
f. Fungsi Keluarga
1) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai. Semakin tinggi dukungan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit, semakin mempercepat kesembuhan dari penyakitnya. Merupakan basis sentral bagi pembentukan dan kelangsungan unit keluarga. Fungsi ini berkaitan dengan persepsi keluarga terhadap kebutuhan emosional para anggota keluarga. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan mengakibatkan ketidakseimbangan keluarga dalam mengenal tanda-tanda gangguankesehatan selanjutnya.
2) Fungsi Keperawatan
a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan sejauh mana keluarga mengetahui fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, faktor penyebab, tanda dan ejala serta yang mempengaruhi keluarga terhadap masalah, kemampuan keluarga dapat mengenal masalah, tindakan yang dilakukan oleh keluarga akan sesuai dengan tindakan keperawatan, karena diabetes melitus memerlukan perawatan yang khusus yaitu mengenai pengaturan makannya. Jadi disini keluarga perlu tahu bagaimana cara pengaturan makan yang benar pada diabetes melitus.
b) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat. Yang perlu dikaji adalah bagaimana keluarga mengambil keputusan apabila anggota keluarga terserang diabetes melitus. Kemampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat akan mendukung kesembuhan.
c) Untuk mengetahui sejauh mana keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. Yang perlu dikaji sejauhmana keluarga mengetahui keadaan penyakitnya dan cara merawat anggota keluarga yang sakit diabetes melitus.
d) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat. Yang perlu dikaji bagaimana keluarga mengetahui keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan kemampuan keluarga untuk memodifikasi lingkungan akan dapat mencegah kekambuhan dari pasien diabetes melitus.
e) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang mana akan mendukung terhadap kesehatan seseorang.
4) Fungsi Reproduksi
Pada penderita diabetes militus perlu dikaji riwayat kehamilannya untuk mengetahui adanya tanda-tanda diabetes melitus gestasional, karena diabetes gestasional terjadi pada saat kehamilan.
5) Fungsi Ekonomi
Status ekonomi keluarga sangat mendukung terhadap kesembuhan penyakit. Biasanya karena faktor ekonomi orang segan untuk mencari pertolongan dokter ataupun petugas kesehatan lainnya. (Friedman, 1998 )

2. Fokus Intervensi
a. Hiperglikemi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, gula darah kembali normal

Intervensi :
1) Cek gula darah secara teratur.
2) Pantau tanda dan gejala diabetik ketoasidosis.
3) Pantau status neurologis.
4) Jangan izinkan klien yang sedang pulih untuk minum dalam jumlah besar, berikan es batu untuk mengurangi haus.

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Intervensi :
1) Timbang berat badan setiap hari
2) Tentukan program diet dan pola makan teratur
3) Libatkan keluarga dalam perencanaan makan sesuai dengan indikasi
4) Observasi tanda-tanda hipoglikemi
5) Lakukan pemeriksaan gula darah

c. Resiko infeksi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan infeksi tidak terjadi.
Intervensi :
1) Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.
2) Pertahankan teknik aseptik.
3) Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.
4) Anjurkan untuk makan dan minum adekuat.
5) Lakukan pemeriksaan kultur dan sensitifitas sesuai dengan indikasi.

d. Resiko cidera
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan cidera tidak terjadi.
Intervensi :
1) Identifikasi situasi yang mendukung kecelakaan.
2) Kurangi situasi-situasi yang berbahaya.
3) Memodifikasi lingkungan yang aman terhadap cidera.

e. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dan keluarga mengerti tentang penyakit dan pengobatannya.
Intervensi :
1) Jelaskan tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, serta para perawatan penyakitnya.
2) Diskusikan tentang rencana diet.
3) Memilih strategi belajar misalnya demontrasi, keahlian dan pasien mendemonstrasikan ulang.
4) Tekankan pentingnya mempertahankan pemeriksaan gula darah rutin.
5) Buat jadwal latihan yang teratur.
(Corpenito, 1998; Doengoes, 1999; Friedman, 1998)
BAB III
RESUME KASUS

A. Pengkjian Keluarga
1. Data Umum
a. Nama kepala keluarga : Tn. S
b. Usia : 54 tahun
c. Pendidikan : SPG
d. Pekerjaan : Guru SD
e. Alamat : Kraguman, Kraguman, Jogonalan
f. Komposisi keluarga
No
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Hubungan dengan KK
Pendidikan
Keterangan
1.
Ny. W
43 th
Perempuan
Istri
SD
Hidup
2.
An. W
22 th
Laki-laki
Anak
Perguruan Tinggi
Hidup
3.
An R
20 th
Perempuan
Anak
Perguruan Tinggi
Hidup
4.
An. S
16 th
Laki-laki
Anak
SMA
Hidup

Ny. W
43 th
Tn. S
54 th
An. W
22 th
An. R
20 th
An. S
16 th
Stroke
DM
Liver
Hipertensi
DMg. Genogram





Keterangan :
: Laki-laki : Meninggal
: Perempuan : Identifikasi kasus
: Menikah : Tinggal serumah

2. Data Fokus
a. Riwayat Keluarga Inti
Tn. S mulai merasakan gejala-gejala kalau dia sakit kurang lebih 4 tahun yang lalu, setelah dibawa periksa ke dokter Tn. S dianjurkan untuk mengurangi konsumsi gula, sejak saat itu Tn. S mengurangi konsumsi gula, tapi setelah merasa enak Tn. S tidak lagi memperhatikan dietnya. Tn. S dalam melakukan cek gula darah juga tidak rutin, kadang satu bulan sekali kadang 3 bulan sekali. Tn. S juga rutin minum obat glukodek tapi sekarang sudah jarang meminumnya, hanya kalau cek gula darah dan kadar gula darahnya tinggi Tn. S baru minum obat dan mengurangi konsumsi gula. sekarang ini Tn. S tidak merasakan apa-apa, karena Tn. S tidak begitu memikirkan penyakitnya dengan serius. Tn. S juga tidak mengetahui tentang diet yang bernar pada penderita diabetes melitus.

b. Fungsi Keperawatan Kesehatan
1) Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
Keluarga Tn. S mengetahui kalau Tn.S menderita diabetes melitus sekitar 4 tahun yang lalu. Tapi belum mengetahui secara pasti penyakit diabetes militus, baik tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, penanganan serta diit yang benar pada Diabetes Militus.
2). Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat.
Keluarga mengetahui kalau penyakit Diabetes Militus adalah penyakit yang memerlukan penanganan khusus seperti pada pola makannya, tapi keluarga tidak tau secara pasti tentang diit pada Diabetes Militus. Jadi keluarga hanya mengurangi konsumsi gula Tn. S.
Masalah kesehatan Tn. S juga dirasakan oleh keluarga dan mereka berusaha untuk membantu Tn. S dalam menjaga kondisi (menyiapkan menu makan), keluarga juga selalu mengingatkan agar Tn. S selalu mematuhi diit. Keluarga juga merasa khawatir terhadap akibat yang mungkin bisa ditimbulkan oleh penyakit tersebut, tapi itupun juga tidak dianggap sangat serius, karena nanti malah akan membuat pusing. Keluarga beranggapan kalau ada anggota keluarga yang sakit seperti Tn. S itu harus segera diperiksakan ke Puskesmas atau rumah sakit.
3). Kemampuan keluarga merawat anggota yang sakit.
Keluarga hanya tahu kalau Tn. S harus melakukan cek gula darah rutin, serta melakukan diet, tapi Tn. S tidak melakukan diet dengan benar hanya mengurangi konsumsi gula serta minum obat glukodek. Keluarga ingin Tn. S cepat sembuh, keluarga memeriksakan gula darah Tn. S di rumah sakit Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten, dalam melakukan cek gula darah tidak rutin, kadang sebulan sekali kadang tiga bulan sekali. Bila tau kadar gula darahnya tinggi Tn.S baru mau mengurangi konsumsi gula tapi hanya sedikit. Keluarga belum tau cara perawatan Diabetes Militus dengan benar, khususnya tentang dietnya.


4). Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat.
Keluarga Tn. S sangat senang dengan kebersihan. Keluarga beranggapan kalau bersih itu sehat. Keluarga juga mengatakan kalau penyakit Diabetes Militus dapat di cegah dengan mengurangi konsumsi gula. Lingkungan rumah keluarga Tn. S terlihat bersih serta penataan perabot rumah tangganya tertata dengan rapi. Tidak ada benda–benda berbahaya yang dapat menimbulkan luka. Jadi semua sudah di tata dengan baik.
5). Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan.
Keluarga Tn. S sudah tau kalau ada anggota keluarga yang sakit harus dibawa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat. Keluarga Tn. S percaya pada petugas kesehatan karena dapat membantu menyembuhkan penyakit yang diderita Tn. S. Keluarga juga beranggapan kalau fasilitas kesehatan yang ada sangat membantu dan bermanfaat bagi keluarga Tn. S serta masyarakat sekitar.

c. Stresor jangka pendek
Keluarga Tn. S memikirkan bagaimana cara tercepat untuk menurunkan kadar gula darah Tn. S, tapi itu juga tidak begitu dipikirkan oleh keluarga, karena keluarga juga memikirkan anaknya nanti mau kerja di mana kalau sudah lulus kuliah.

d. Stresor jangka panjang
Keluarga memikirkan kalau sewaktu-waktu gula darah Tn. S meningkat, apa yang harus dilakukan. Keluarga juga memikirkan sakit yang diderita Tn. S yang memerlukan waktu lama untuk penyembuhannya. Tapi keluarga menganggap semua itu tidak harus dipikir secara serius tetapi tetap berharap untuk sembuh.

e. Pemeriksan fisik
Nama Tn. S, umur 45 tahun, tinggi badan 152 Cm, berat badan 53 kg, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 88 X/mnt, suhu 366 °C, respirasi 20 X/mnt.

Kepala :
Bentuk normal, rambut hitam dan bersih.
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pandangan agak kabur.
Hidung : Bersih tidak ada sekret.
Telinga : Bersih tidak ada serumen, pendengaran baik.
Mulut : Mukosa lembab, gigi sudah ada yang tanggal, lidah bersih.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada nyeri tekan tidak ada peningkatan JVP
Dada :
Paru : Inspeksi : tidak terlihat retraksi dada.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler
Jantung : Inspeksi : ictus kordis tidak terlihat.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : pekak
Auskultasi : S1 dan S2 murni.
Abdomen : Inspeksi : tidak ada pembesaran.
Auskultasi: peristaltik 16 kali per menit.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tympani
Ekstrimitas : ekstremitas atas dan bawah tidak ada keluhan, tidak ada oedem tidak ada luka, kekuatan otot penuh, kulit baik.

B. Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik pada Tn.S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Diabetes Militus.
(Total Skore 4½).
2. Resiko Hiperglikemi pada Tn. S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. (Total Skore : 3 5/6).
3. Resiko cidera pada Tn.S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal faktor resiko yang dapat menyebabkan cidera. (Total Skore : 2 ½ ).

C. Intervensi
Intervensi pada tanggal 12 Juli 2004
1. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik pada Tn.S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Diabetes Militus.
a. Tujuan umum : Setelah dilakukan kunjungan 3 x dalam 1 minggu selama 40 menit diharapkan keluarga mengerti dan memahami tentang Diabetes Militus.
b. Tujuan khusus : Setelah dilakukan kunjungan selama 30 menit diharapkan keluarga mengenal masalah Diabetes Militus (pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta perawatannya).
c. Intervensi :
1) Beri kesempatan pada keluarga untuk mengungkapkan tentang Diabetes Militus sebatas yang diketahui saat ini.
2) Beri reinforcement atas jawaban yang diberikan.
3) Beri penyuluhan tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala, serta perawatannya.
4) Beri kesempatan pada keluarga untuk mengulangi penjelasan yang telah diberikan.

2. Resiko hiperglikemi pada Tn.S dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
a. Tujuan umum : Setelah dilakukan kunjungan 3 x dalam 1 minggu selama 40 menit diharapkan hiperglikemi tidak terjadi.
b. Tujuan khusus :
1) Setelah dilakukan kunjungan selama 30 menit diharapkan keluarga mampu mengenal pengertian hiperglikemi, pencegahan hiperglikemi dan diit Diabetes Militus.
2) Setelah dilakukan kunjungan selama 30 menit keluarga dapat mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi Diabetes Militus.
3) Setelah dilakukan kunjungan selama 30 menit diharapkan keluarga dapat melakukan perawatan dan menyebutkan makanan apa saja yang dibatasi, dianjurkan dan yang tidak boleh diberikan pada Diabetes Militus.
4) Setelah dilakukan kunjungan selama 30 menit keluarga dapat memodifikasi lingkungan psikis.
5) Setelah dilakukan kunjungan selama 30 menit keluarga dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.
Intervensi :
1) Beri penjalasan tentang pengertian hiperglikemi, cara pencegahan hiperglikemi dan diit Diabetes Militus.
2) Beri kesempatan pada keluarga untuk mengulangi penjelasan yang telah diberikan.
3) Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan pada Diabetes Militus.
4) Jelaskan tentang cara merawat Diabetes Militus.
5) Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat pelayanan kesehatan.
6) Beri reinforcement atas jawaban yang diberikan.

3. Resiko cidera pada Tn.S berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal faktor yang dapat menyebabkan cidera.
a. Tujuan umum : Setelah dilakukan kunjungan 3 x dalam 1 minggu selama 40 menit tidak terjadi cidera.
b. Tujuan khusus : Setelah dilakukan kunjungan selama 30 menit keluarga dapat mengenal faktor resiko cidera serta akibat dari cidera.
c. Intervensi :
1) Beri penjelasan tentang faktor–faktor penyebab cidera.
2) Beri kesempatan keluarga untuk mengulangi penjelasan yang telah di berikan.
3) Beri penjelasan tentang akibat dari cidera.
4) Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan terhadap cidera.

D. Implementasi
Implementasi pada tanggal 13 Juli 2004
Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Diabetes Militus.
Jam : 10.15 WIB memberikan penyuluhan tentang pengertian Diabetes Militus, penyebab, tanda dan gejala, serta perawatannya. Memberi kesempatan pada keluarga untuk mengulangi penjelasan yang telah diberikan. Memberi reinforcement atas jawaban yang diberikan.
Resiko hiperglikemi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
Jam : 10.10 WIB memberikan penyuluhan tentang diit Diabetes Militus yang meliputi tujuan diit, makanan yang dianjurkan, dibatasi dan tidak boleh diberikan serta contoh menu pada Diabetes Militus, memberi kesempatan pada keluarga untuk bertanya, dan memberi reinforcement atas jawaban yang diberikan.
Resiko cidera berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal faktor yang dapat menyebabkan cidera.
Jam 10.30 WIB mendiskusikan dengan keluarga tentang faktor–faktor yang dapat menyebabkan cidera, mendiskusikan tentang akibat dari cidera, mendiskusikan cara yang tepat untuk menghindari cidera dan memberi reiforcement atas jawaban yang diberikan.

E. Evalusi
Evalusi tanggal 13 Juli 2004
1. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah Diabetes Militus.
Jam 10.15 WIB
S : Keluarga mengatakan sudah mengerti tentang Diabetes Militus (pengertian, penyebab, tanda dan gejala serta perawatannya)
O : Keluarga bisa menyebutkan pengertian, tanda dan gejala serta perawatan Diabetes Militus.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Anjurkan keluarga untuk mancari informasi lebih lanjut tentang Diabetes Militus ke pusat pelayanan kesehatan (puskesmas).

2. Resiko Hiperglikemi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
Jam 10.15 WIB
S : Keluarga mengatakan sudah tau tentang diit pada Diabetes Militus.
O : Keluarga mampu menyebutkan cara pengaturan makan dengan memperhatikan makanan apa saja yang boleh di makan, makanan yang dibatasi, makanan yang tidak boleh dimakan, serta contoh menu makanan dengan ukuran rumah tangga.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Anjurkan keluarga untuk mengganti menu makanan selama 2 minggu sekali dan kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan contoh menu makanan yang baru.

3. Resiko cidera berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal faktor yang dapat menyebabkan cidera.
Jam 10.30 WIB
S : Keluarga mengatakan mau memutuskan cara untuk menghindari cidera.
O : Keluarga bisa menyebutkan cara menghindari cidera.
A : Masalah teratasi sebagian.
P : Anjurkan keluarga untuk mencari cara yang baru dalam menghindari terjadinya cidera dengan bertanya kepada petugas kesehatan terdekat.

http://askep-askeb.cz.cc/
iklan

0 komentar:

Posting Komentar

ARTIKEL TERKAIT (SILAHKAN KLIK):